Balas dendam

Ketika anak saya di pesantren, saya sangat senang karena dia akan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti, sholat jama’ah setiap waktu, bangun malam,sholat tahajud, membaca alqur’an setiap hari, puasa daud dan lain sebagainya. Namun saya terkejut ketika dia liburan pulang kerumah, dia tidak bangun, sebelum dibangunkan, dia tidak membaca alqur’an jika tidak disuruh, apalagi puasa dan sebagainya. Yang terjadi justru banyak tidur, dan nonton TV. Suatu ketika saya tanya, kenapa berbuat demikian? Jawabnya “ balas dendam”. Dipondok kurang tidur, dipondok hanya belajar, dipondok tidak pernah nonton TV, sebab itu dipuas-puaskan.

Saya pernah mendengar seseorang, yang semasa kecilnya merasa tersiksa, karena harus ikut pamannya agar bisa sekolah. Karena orangtuanya tidak mampu menyekolahkannya. Berkat didikan dari pamannya yang keras tersebut, dia cukup berhasil. Ketika dia mempunyai anak, dia berketetapan hati, anaknya tidak boleh ikut orang lain. Karena dia tidak ingin anaknya menderita seperti dirinya. Sehingga didalam mendidik anaknya dia menerapkan system yang longgar. Anak seakan dibiarkan semaunya asal bahagia. Sehingga anaknya tidak mengenal disiplin, tanggung jawab dan tentu saja menjadi anak pemalas.

Salah seorang teman saya, yang sudah resign dari pekerjaanya dan kini mempunyai usaha sendri, mengatakan sekarang saya bebas, saya bisa apa saja, bahkan tidur setelah sholat subuh.

Ada cerita yang lebih menarik lagi, ada seoarng pimpinan suatu perusahaan, dengan gaji lebih dari Rp. 40.000.000,- per bulan. Namun dia heran kenapa uang ditabungan saldonya tidak lebih dari Rp. 5.000.000,-. Kenyataan ini membuatnya resah sehingga dia mendatangi Pak Adi W Gunawan, seorang ahli dibidang “alam pikiran”. Ternyata dari terapi ditemukan bahwa, sang Direktur tersebut mengalami balas dendam terhadap kejadian di masa kecilnya. Sewaktu kecil ibunya termasuk orang yang hidup hemat, sehingga ibunya mengajarkan hidup hemat kepadanya. Suatu ketika dia meminta uang ke ibunya, untuk membeli sesuatu yang sangat dia inginkan. Namun ibunya tidak mengabulkannya. Kejadian itu berbekas dihatinya, sehingga timbul amarah yang sangat besar, “ ketika saya dewasa nanti tidak akan ada yang bisa melarang saya membeli apapun”.

Begitulah akhirnya amarah yang tersimpan di alam bawah sadarnya mempungaruhi kehidupannya. Ketika dia memegang uang, pikirannya selalu sibuk memikirkan untuk membeli apa. Sehingga dia tidak bisa mengendalikan diri. Apapun yang dia mau dia beli, walaupun itu barang yang tidak dia perlukan.

Pembaca, dari cerita tersebut diatas semuanya mengisyaratkan tentang balas dendam. Barangkali anda juga pernah mendengar cerita senada dari teman-teman anda. Atau bahkan anda sendiri sebagai salah satu pelakunya.

Nampaknya tidak ada masalah dengan urusan balas dendam seperti ini. Ini hal yang wajar. Namun menurut hemat saya ada sesuatu yang kurang pas dengan masalah ini. Kegiatan padat yang dilakukan dipesantren, kebiasaan disiplin dan kerja keras yang ditanamkan si paman, dan kebiasan kerja keras, penggunaan waktu yang baik, merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Sehinnga tidak perlu dilanjutkan.

Padahal semua itu merupakan prinsip dasar dari sebuah kesuksesan. Mestinya kegiatan pesatren yang padat, kegiatan sholat berjamaah, kegiatan bangun pagi, membaca alqur’an terus dilanjutkan tidak perduli dipondok maupun dirumah bahkan dimana saja. Mestinya kebiasaan kerja keras dan disiplin yang ditanamkan oleh paman, sehingga bisa mengantarkannya menjadi orang yang sukses, terus dilanjutkan untuk mendidik anak-anaknya sehingga anak-anaknya juga tahu arti tanggung jawab dan disiplin. Sehingga anak-anaknya akan jauh lebih sukses dari didrinya

Mestinnya, kebiasaan bangun pagi, menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, kerja keras, sewaktu masih menjadi karyawan, menjadi modal dasar untuk membangun kesuksesan bisnisnya. Sehingga bisnisnya akan berkembang dengan baik dan pesat. Kalau toh kita masih memiliki waktu luang, bukan lantas kita pakai untuk santai-santai tetapi hendaknya kita pakai untuk berbuat lebih baik. Karena masih banyak pekerjaan dan tanggung jawab yang menunggu anda.
Balas dendam terhadap sesuatu kebiasaan yang baik, tidak menguntungkan bagi kita. Bahkan akan menjadi kendala kesuksesan kita dimasa mendatang. Lalu bagaimana agar kita tidak terjangkit dengan penyakit ini?. Kita hendaknya menyadari bahwa kebiasaan-kebiasan yang telah kita punyai itu adalah sesuatu yang baik. Dan karena kebiasaan tersebutlah anda bisa menajadi seperti sekarang ini. Oleh karena itu kebiasaan tersebut mesti terus dipelihara dan ditingkatkan bahkan diturunkan kepada anak cucu kita.

Demikian semoga bermanfaat.
See you in the top

0 comments:

Posting Komentar