Siapa yang menentukan penghasilan anda?

Selesai kuliah setelah menganggur kurang lebih 3 bulan saya mendapat 2 panggilan pekerjaan sekaligus. Pertama, datang dari sebuah perusahaan elektronik besar, yang mempunyai karyawan ratusan orang. Yang kedua berasala dari perusahaan kecil yang beroperasi di ruko, dengan karyawan tidak lebih dari 30 orang.

Ketika wawancara, di pabrik elektronik, kelihatanya saya diterima dan ditawari gaji Rp. 300.000,- per bulan. Gaji standart bagi seorang sarjana ketika itu, tahun 1991. Namun saya juga tetap mendatangi panggilan yang kedua. Ketika wawancara dengan perusahaan yang kedua, saya diwawancarai langsung oleh pemilik perusahaan. Karena sistem diperusahaan itu masih sederhana, semua masih dipegang oleh sang majikan.

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang baik itu, untuk menanyakan, tugas yang akan saya emban dan masa depan karier saya jika bekerja disitu.


“ Kamu akan saya arahkan menjadi manager produksi.” Katanya. “ Berapa lama waktu yang diperlukan untuk , mencapai kedudukan itu?.” Tanyaku kemudian. “ Ya tergantung dari kamu. Jika kamu pandai dan terampil, kira-kira membutuhkan waktu 2 tahun”

“Lalu, berapa gaji yang akan saya terima jika menjadi manager produksi?”Tanyaku kemudian setelah mulai tertarik terhadap penawarannya.

“ Kamu akan mendapatkan penghasilan kira-kira 2-2,5 juta.”

“ Baik, saya mau bekerja disini dan menerima gaji awal Rp. 75.000,- , tetapi setelah saya lulus percobaan gaji saya harus Rp. 300.000,- karena saat ini saya juga diterima di perusahaan electronic, dengan gaji awal Rp. 300.000,-“

“ baik, kamu bisa mulai masuk kerja, besuk pagi” Jawab sang direktur mengakhiri wawancara kami.

Barangkali pembaca bertanya-tanya, kenapa saya memilih perusahan kecil daripada perusahaan besar?. Ya, ketika itu saya berfikir, akan lebih baik kerja diperusahaan kecil daripada perusahaan besar. Kenapa?. Paling tidak ada 3 alasan kenapa saya memilih perusahaan kecil.


Pertama, saya sudah mendapatkan gambaran karier saya 2-3 mendatang. Jabatan manager itu kosong, karena semua masih dipegang bos. Jadi saya akan lebih mudah mencapai jabatan itu. Coba bandingkan jika diperusahaan besar yang sudah mempunyai system. Untuk menjadi manager tidak gampang. Karena jabatan itu sudah diisi. Jadi agar anda jadi manager, atasan anda harus naik pangkat, atau pindah kerjaan dan atau harus ada peluang manager baru. Ini cukup sulit, disamping sainganya cukup berat.

Kedua, pekerjaan kita langsung diawasi oleh bos,sehingga bos akan tahu seberapa besar dedikasi kita didalam bekerja. Peluang ini akan mempercepat kesuksesan bagi orang yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh.

Ketiga, Bos akan mengetahui dengan baik sumbangsih kita didalam memajukan perusahaan. Karena dia yang memegang semuannya akan dengan mudah kita mengajukan kenaikan gaji dan vasilitas lain.

Pembaca, dari pengalaman nyata tersebut, ada sesuatu hal yang cukup berharga yang dapat diambil pelajaran, yaitu “saya menentukan penghasilan saya sendiri”. Saya bekerja dan mengejar kareier dengan sungguh-sungguh. Sehingga ketika sudah menjadi manager produksi selama 2 tahun, saya berani berpindah jadi selesman dengan gaji 1/8 nya.


Saya juga sempat terlena menjadi manager marketing, selama 6 tahun. Namun alhamdulillah, saya segera tersadar dan kemudian mendirikan perusahaan sendiri. Saya keluar, bukan karena kecewa, saya keluar bukan karena penghasilan kurang. Tetapi saya keluar untuk menggapai keberkahan hidup yang lebih luas lagi.

Jika kita perhatikan betapa banyak, para karyawan yang berjalan ditempat, karier tidak naik-naik. Gaji hanya menyesuaikan kanaikan harga, bahkan walaupun gaji naik, bukan berarti tingkat kehidupan naik tetapi malah menurun. Kenapa?. Karena kenaikan gaji tidak seimbang dengan kenaikan gaji.

Jika mereka ditanya, kenapa anda demikian?. Yang sering saya dengar, bukan menyalahkan diri sendiri, tetapi malah menyalahkan orang lain, lingkungan, perusahaan dan sebagainya. Apakah kita tidak sadar jika gaji atau penghasilan kita yang menentukan adalah diri kita sendiri. Bukan atasan, bukan perusahaan dan bukan yang lainnya. Tetapi kita sendiri.

Perusahaan atau usaha yang kita buka ibarat suatu kolam atau telaga. Anda datang mengambil air. Air yang akan anda bawa pulang tegantung dari wadah yang anda bawa. Anda datang membawa cangkir, jangan berharap anda pulang dengan air satu ember. Jika anda ingin mendapatkan air satu ember maka cangkir anda harus diganti dengan ember. Bagaimana carannya mengganti?. Tentu dengan belajar, menambah ilmu, mengganti teman, menambah wawasan, membaca buku, mendatangi seminar, menambah keterampilan, sering berkunjung atau silaturahmi dan mempunyai seorang pembimbing yang mempunyai ember atau bahkan tangki.

Saya yakin jika anda mau melakukan hal-hal tersebut diatas karier, usaha dan penghasilan anda akan meningkat dengan pesat.

6 comments:

ugi sugiharto mengatakan...

nambah semangat saya nih setelah baca tulisan bapak muallif

Budi Rachmat mengatakan...

bagus sekali pak sharing pengalamannya.
pasti bermanfaat.

"penghasilan" bisa diterima dari mana aja, tidah harus selalu dari gaji.

nah... sementara punya gaji (punya penghasilan yang PASTI) coba ichtiar cari penghasilan2 lainnya.

liat pengalaman saya di sini...
>>> http://wsak-internet-biz.ws/x123/tampilan.html

semoga bermanfaat.

BUDI R.

Unknown mengatakan...

Betul pak. Dasar pemikiran itu yang ingin saya sampaikan, agar hari tua kita nanti, lebih nikmat dibandingkan ketika masih muda.

Ajan Saparjan mengatakan...

mantabs.. inspiratif sekali pak.

Choirul Asyhar mengatakan...

Saya suka tulias ini....
Menambah semangat siapapun yang membacanya...
Ijin saya copy link-nya, ya, Pak?

Thanks.

Muallif Wijono mengatakan...

Oke pak silakan saya senang jika tulisan saya banyak dibaca orang sehingga banyak manfaatnya.

Posting Komentar