Siapkah bisnis anda ditiru orang?

Barangkali anda sering mendengar keluhan dari teman anda yang usahanya ditiru orang lain. Bahkan kita pernah mendengar keluhan dari seorang anggota milis TDA, yang menceritakan temannya, yang berbisnis fotokopi ditendang dari ruko yang dikontraknya. Kemudian si pemilik ruko tersebut usaha dibidang yang sama.

Teman saya juga mengalami hal serupa. Dia mengontrak ruko untuk usaha Bakso. Teman saya tersebut nampaknya mujur, usaha Bakso yang dirintisnya berhasil dan sangat ramai. Namun apa dikata, ruko yang dikontraknya tidak boleh diperpanjang. Kemudian selang beberapa minggu kemudian, ruko terisi dengan aktivitas menjual bakso juga. Namun rupanya bakso yang dia jual kurang diminati oleh pelanggang. Setelah 3-4 bulan berikutnya usaha bakso tersebut gulung tikar.

Sedangkan teman saya membuka usahanya kembali dengan mengontrak ruko lain dengan jarak 500 meter dari ruko semula. Walaupun usahanya berjalan namun tidak serame ditempat pertama.

Teman saya yang lain juga merintis usaha fotokopi. Sudah lebih dari satu tahun dia usaha sendirian di tempat itu. Kalau toh ada jaraknya agak jauh sekitar 500 m. Awalnya usahanya sepi. Namun kini mulai rame dari satu mesin fotokopi kini ada 4 mesin fotokopi.

Kemarin saya melihat, selang 2 ruko dari tempatnya usaha telah dibuka toko fotokopi, yang lebih besar dan mesinnya lebih baru. Tidak tanggung-tanggung mesin fotokopinya langsung 3 unit.

Wah ngeri ya.Jika itu anda siapkan anda menghadapi tantangan yang demikian?.
Lalu pertanyaannya kenapa orang suka meniru bisnis orang lain? Atau kenapa bisnis mudah ditiru?
Paling tidak ada 3 jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas ;

Pertama, orang mempunyai kecenderungan menghindari resiko dan sesuatu yang sulit. Karena itu suatu bisnis yang sudah terbukti berhasil dan mudah menjalankannya, akan banyak orang tertarik untuk menjalankan atau meniru bisnis tersebut. Contohnya, bisnis ikan Louhan, Jankrik, wartel, warnet, minimarket, bakso, mie ayam, fotokopi,dan lain sebagainya. Bisnis semacam ini akan mudah ditiru orang. Asal mempunyai modal, mereka bisa menjalankannya.

Kedua, aktifitasnya terlihat dari luar. Jika ada rumah makan yang ramai, berarti bsinis kuliner di tempat itu menjanjikan. Keramaian bisnis tersebut mudah dilihat dari luar, sehingga mengundang orang untuk mengikuti jejaknya. Jika aktivitasnya tidak terlihat, maka sulit orang untuk menirunya. Seperti bisnis supplier be to be yang sekarang saya jalankan. Orang luar sulit untuk mengetahui keramaian bisnis saya. Disamping itu orang juga akan kesulitan meniru karena, ilmu yang dibutuhkanya cukup rumit, dan butuh pengalaman yang banyak.

Ketiga, Modal kecil dan tidak membutuhkan banyak pengalaman. Usaha seperti ini akan diincar oleh banyak peminat. Oleh karena itu anda mesti hati-hati jika ingin menjalankan bisnis semacam ini.

Lalu bagaimana jika bisnis anda tidak ingin ditiru orang lain?. Tentunya anda harus mencari bisnis yang membutuhkan skil dang pengetahuan yang sulit dipelajari. Ini tugasnya para sarjana, sehingga mereka mampu menggunakan ilmu dan otaknya untuk menjalankan usahanya.

Barangkali ada yang adem ayem menyikapi masalah ini dengan beranggapan, makin banyak pengusaha yang kumpul disuatu tempat, akan menjadi pusat perbelanjaan. Kita kasih contoh misalnya, di glodok, atau di food court. Ya jika tempat itu dan bisnis yang dijalankan bisa mengundang orang datang, mungkin tidak masalah. Tetapi jika hanya mengandalkan orang sekitar saja, tentu akan menjadi masalah. sebagai contoh umpamanya, dengan semakin menjamurnya alfamaret dan indomaret di suatu daerah, saya yakin tentu akan mengurangi omzet dari toko yang telah ada lebih dulu. Apalagi jika di satu ruas jalan yang tidak panjang ada 3 orang yang jualan bakso, tentu akan jadi masalah, utamanya bagi mereka yang kurang modal dan baksonya biasa-biasa saja.
Ini sebenarnya yang saya maksud, jika kita seumpama yang bermodal cukup berpendidikan cukup lalu, membuka warung Bakso, di sekitar warung bakso yang dikelola dan dimiliki oleh seorang lulusan SD dan bermodal cekak, gimana kira-kira perasaan kita?

Semoga bermanfaat.
See you in the top.

7 comments:

Anonim mengatakan...

Kata Pak Purdi, bisnis itu gak kayak sekolah, Pak. Jadi memang boleh nyontek. Biar kompetitif harus ada modifikasi. (ATM = Amati, Tiru, Modifikasi)

Kalau urusan moral, sehingga bisnis kita (tanpa kecurangan) mematikan bisnis tetangga..... saya gak bisa jawab, Pak. Btw... itu tetap gak dosa, kan?

Unknown mengatakan...

Memang gak dosa, dan saya juga tidak menyalahkan kepada yang yontek walau barangkali mesti diperhatikan etika menyontek. Jika ingin negara kita dan masyarakat hidup aman dan tenteram kita mestinya memerlukan etika. Bukan, akunya yang didulukan. Bukannya kita menentang kapitalisme dan neolib?.Cara berpikir tersebut sudah terjangkit Kapitalis dan Neolib. Saya hanya memprihatinkan orang yang usaha dengan modal dan kemampuan terbatas. Tulisan saya ini membahas jalan keluar agar usaha kita tidak dibajak orang. saya kira, selama kita masih manusia walaupun kita bisa mengatakan tidak apa-apa, hati kita barangkali gondok juga bila usaha kita ditiru orang.

admin mengatakan...

artikel yang Bapak tulis, persis dengan kondisi yang saya alami saat ini, didaerah saya (pedesaan) banyak bermunculan usaha fotocopy, rental dan warnet. Dan para kompetitor ini untuk urusan modal bisa dibilang 10x lipat lebih kuat daripada saya.
Yang mo saya tanyakan? menurut Bapak apakah dalam ketahanan usaha (survive) menghadapi kompetitor, saya mencoba usaha yang lain (diluar bidang usaha fotocopy, rental dan warnet) ato berusaha mengembangkan usaha yang sudah saya jalankan saat ini (misal menambah mesin, belajar servis komputer, belajar membuka kursus komputer??? terima kasih. 1 lagi Pak..minta alamat e-mailnya.

siraja mengatakan...

Usaha bisa ditiru tapi rezeki tetap tidak dapat ditiru

Unknown mengatakan...

Saya tinggal di desa, yang jumlah masyarakat nya gak terlalu banyak.. Setiap bisnis yg saya lakukan, selalu saya promosi kan lewat Fb.. Dan alhamdulillah setiap bisnis yg baru saya rintis hampir selalu booming di desa saya, dan banyak peminat nya.. Mungkin karena melihat bisnis saya rame, mulai bermunculan yg meniru, bahkan di contek sama persis.. Bahkan kata2 promo saya, dicontek persis sama. Yg membedakan hanya, mereka banting harga, dibawah harga saya.. Itu yg membuat omset saya merosot tajam.. Itu yg membuat saya berpikir, selalu mencari bisnis yg baru lagi, yg blm ada di desa saya.. Menurut bapak, harusnya saya tetap bertahan dengan bisnis yg lama, dengan omset yang sangat menyedihkan karena persaingan yg tidak sehat?? Atau selalu mencari sesuatu yg baru, tapi selalu berkali-kali ditiru?? Mohon bantuannya pak??

Unknown mengatakan...

Saya senasib dg mba Retno wulandari,tlg saya diberi pencerahan jg pak,trimakasih

Unknown mengatakan...

Usaha kita boleh di tiru siapa saja,,, & saya akan mempersilahkan bebas siapa saja boleh meniru sama dengan usaha saya,,, tpi ingat masalah rezeki gak bisa di tiru ya gaesssπŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰
Rezeki sudah ada takarannya masing" gaessssπŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰

Posting Komentar