Kreatifitas dan berpikir global, kunci kesuksesan era informasi


Alhamdulillah akhirnya kami bisa mendarat di Bandara Internasional Guangzhou dengan selamat. Ketika mulai memasuki kota Ghuangzou, saya mulai terkagum-kagum. Wah begini ya China itu. Gedung gedungnya menjulang tinggi. Sepangjang jalan belum pernah aku temui rumah yang berdiri sendiri,layaknya di Jakarta, atau Bekasi. Semuanya apartemen. Yang lebih mengherankan lagi pintu tolnya sudah otomatis. Tidak ada yang jaga. Hebat ya, pendukduknya banyak, tetapi pintu tolnya saja otomatis. Apa disini lapangan pekerjaan sudah mencukupi, sehingga perlu menggunakan otomatisasi?. Saya lalu membayangkan penjaga pintu tol di Jakarta, yang masih menggunakan manusia. Kasihan ya mereka itu, pekerjaanya hanya begitu, membagi kartu tol. Suatu pekerjaan yang akan memandulkan akal dan tidak membutuhkan keterampilan Mudah-mudahan mereka bukan lulusan sarjana.

Ketika memasuki ruang pameran saya benar-benar terkesima. Sungguh luar biasa. Semua peserta pameran yang luasnya barangkali 2x dari luas pameran PRJ itu, rasanya tidak ada yang dari luar China. Bahkan saya mendapat kabar, orang China tidak boleh melihat pameran ini. jika orang luar mengajak patner orang China local untuk melihat pameran, mereka mesti membayar sejumlah tertentu yang lumayan mahal. Mungkin kebijakan ini diambil agar ruang pameran tidak penuh. Anda bisa membayangkan betapa sesaknya jika orang local turut mnenyaksikan pameran tersebut. Karena pengunjung dari luar memang sangat banyak.

Sungguh sangat kontras dengan pameran di Indonesia, peserta pameran kebanyakan dari luar negeri. Jika di China mereka menarwarkan mesin-mesin dan sparepart dari negaranya sendiri, dan yang mengunjungi dari berbagai Negara, namun di Indonesia kebalikannya, peserta memamerkan produk dari luar dan pengunjungnya orang Indonesia.

Saya benar-benar sangat kagum dengan kemujuan industri di China, semua barang ada dan mereka memproduksi sendiri. Setelah saya renungkan, kenapa China bisa maju seperti sekarang ini, barangkali kata kuncinya adalah kreatifitas dan berpikir global. Ya, anda bisa melihat, betapa kreatifitasnya orang China. Soal mainan anak-anak saja. Mereka bisa membuat pesewat terbang yang di control dari jarak jauh. Mereka bisa membuat burung yang bisa terbang, juga dikendalikan dengan remot control Mereka bisa membuat robot mainan yang bisa berjalan. Dan itupun harganya sangat murah.

Anda juga bisa memperhatikan dibidang elektronik dan sparepart computer. MP3 digabungkan dengan kacamata, GPS sudah tidak memerlukan kartu telepon lagi, gantungan kunci dilengkapi camera, dan lain sebagainya.

Kemudian cara mereka berpikir adalah global. Pasar mereka adalah dunia. Saya di China sempat mengunjungi pabrik mesin yang hanya mempunyai karyawan sekitar 100 orang. Namun di ruang meeting terpampang peta dunia yang sangat besar, disertai dengan tanda-tanda anak panah yang menunjukkan "inilah pasar kami". Tidak seperti pengusaha Indonesia, kebanyakan jago kandang. Dengan strategi harga murah, walaupun kualitas rendah,mereka berani mengexpor produk-produknya. Saya yakin mereka akan mengusai dunia dalam waktu dekat ini. karena meningkatkan kualitas produk akan jauh lebih mudah dari pada memulai.

Sementara jika kita memperhatikan gelegar, pengusaha baru di Negara kita, mereka selalu mencari bidang usaha yang murah dan mudah dikerjakan. Bahkan para pengusaha yang lulusan sarjana tehnik pada berlomba-lomba melakukan usaha yang sebenarnya bisa dilakukan oleh orang yang tidak pernah sekolah. Lalu mereka membayangkan usahanya berjalan sedangkan dia jalan-jalan. Mereka merasa cukup, dan bangga dengan keberhasilan yang demikian.

Jika kita terus berpikir demikian, saya kawatir, bangsa ini akan jatuh terpuruk. Karena industrinya banyak dikuasai oleh bangsa lain. Kita hanya bisa menjual di negeri sendiri produk bangsa lain. Dan ironinya, mereka mersa bangga dengan hanya menjadi pedagang barang bangsa lain.

Coba lihat PT Kawan Lama, yang bangga menempelkan merk “Krisbow” pada produk bangsa lain. Kecenderungan untuk menjadi pedagang mestinya harus disingkirkan. Apalagi hanya menjadi pedagang produk asing. Kenapa ? karena bangsa kita bangsa yang besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Bagaimana penyediaan lapangan kerja jika para pengusahanya hanya suka berdagang. Ketika kalah bersaing, dengan produk luar, industri ditutup dan beralih menjadi pedagang. Bukankah ini sangat berisiko terhadap eksistensi Negara ini?

Semoga bermanfaat.
See in the top

4 comments:

Zhahira Moslem Gallery mengatakan...

subhanallahu...tulisan yg sangat bagus pak.. semoga tulisan ini bisa dibaca oleh pejabat2 negara..sehingga bangsa ini bisa lebih baik lagi..

Unknown mengatakan...

Hallo pak Muallif Wijono, informasi anda sangat menarik dan memberi inspirasi untuk bisa punya produk mendunia. Saya sendiri baru pulang pameran di Filipina. Alhamdulilah produk herbal Mahkotadewa Indonesia diminati orang Filipina hingga kami berhasil mempunyai distributor orang Filipina. Kami punya mimpi produk kami bisa terus mendunia. Salam sehat sukses bahagia.
Ning Harmanto
www.ningharmanto.com
www.herbal4spa.com

Unknown mengatakan...

Mudah-mudah Bu Dini, pejabat kita sadar akan pentingnya industry permesinan. Industri inilah yang menjadi lokomotip industri lainnya. jika permesinan bangkin saya yakin yang lain ikut bangkit.
mudah-mudahan pula, bagi para pengusaha baru, jangan hanya terpikat pada industri kuliner saja. apalagi yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh orang berpendidikan rendah.

Unknown mengatakan...

Semoga sukses Bu Ning, Mudah-mudahan impian Ibu bisa segera tercapai dan bisa memberi inspirasi bagi yang lain, termasuk saya

Posting Komentar