Istiqomah, Salah Satu Kunci Sukses

Ketika kuliah saya berteman akrab dengan Agustinus Chondro, yang selalu mendapat nilai dengan rangking tertinggi. Suatu saat saya pernah bertanya, bagaimana dia belajar sehingga mempunyai nilai yang bagus. Dia mengatakan“ Tiap hari minimal saya belajar 2-3 jam. Jika suatu hari saya tidak belajar karena ada halangan, maka saya mesti menggantinya dihari yang lain” jawabnya . “Apakah anda tidak capek dan bosan dalam menepati jadwal anda yang ketat” tanyaku selanjutnya.
“ Oh, sebaliknya. Hidupku jadi bersemangat”

Jawaban mas Agus, kedengarannya sederhana dan seakan jawaban standard. Tetapi jika direnungkan ternyata dalam jawaban tersebut mengandung makna ketekunan, konsistensi atau istiqomah dan tanggungjawab. Dan sipat-sipat ini memang melekat pada orang yang sukses. Rasanya tidak ada orang yang sukses tanpa sipat-sipat ini.

Ketika mendapatkan pencerahan, baik itu setelah membaca buku atau mengikuti seminar kita sering mempunyai keinginan yang kuat untuk menjalankan nasehat atau strategi yang baru kita dapat. “Ini ide bagus. Saya akan menjalankannya”. Namun ketika sudah sampai di rumah, keinginan itu jauh berkurang bahkan bisa jadi hilang sama sekali. Sehingga perubahan sikap, yang diharapkannya tidak terjadi.

Sikap inilah yang menjadi kendala utama kenapa orang sulit berubah atau maju. Mereka tidak mampu mengalahkan diri sendiri. Mereka tidak mampu mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru yang lebih baik dan berdaya guna. Sikap ini adalah hal yang wajar dan sesuai dengan hukum alam. Setaiap orang pasti mengalaminya.

Jika anda pernah belajar ilmu fisika, tentu anda ingat bahwa setiap electron akan mengitari inti sesuai dengan energi yang dimilikinya. Keadaan semacam ini dikatan sebagai keadaan inert (keadaan seimbang). Jika electron tersebut ingin naik ke tingkat energi yang lebih tinggi, mereka memerlukan energi dari luar. Jika energi dari luar dihentikan, electron akan kembali ke keadaan semula (inert).

Begitu halnya dengan manusia, setiap orang berkecenderungan berada di daerah inert. Pada keadaan ini anda akan merasa nyaman dan tenteram, yang sering kita kenal dengan zona nyaman. Pada keadaan ini, aktivitas sehari-hari yang dilakukan tidak memerlukan pemikiran dan dan energi yang berlebihan. Semuanya telah berjalan dengan teratur dan mengalir begitu saja.

Namun ketika, anda berkeinginan berpindah zona yang lebih tinggi, kebiasaan yang ada, cara yang biasa dilakukan, harus diubah. Pada saat inilah timbul ketidaknyamanan karena irama tubuh anda, kebiasaan anda belum menyesuaikan diri. Anda perlu ektra tenaga, dan pemikiran agar dapat terus berada di zona yang lebih tinggi dari zona nyaman. Sedikit saja terlena, anda akan jatuh ke zona nyaman kembali.

Agar tetap berada di zona yang lebih tinggi dari zona nyaman, diperlukan impian dan kesadaran yang terus menerus untuk mewujudkan impian tersebut. Kesadaran yang tinggi akan memberikan arah, mendorong pertumbuhan, menumbuhkan kedisplinan (istiqomah) dan mampu mnegalahkan kemalasan dan kesulitan yang dihadapi.
Agar perubahan yang dilakukan tidak memberatkan dan hangat-hangat tahi ayam, Islam mengajar kita untuk mengganti kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang baik sedikit demi sedikit dan dilakukan secara terus menerus (istiqomah). Lalu anda dapat menambahnya dengan memberikan sangsi jika melalaikan kebiasaan yang akan anda terapkan. Ketika saya mulai membiasakan untuk solat berjamaah di Masjid, saya memberi sangsi pada diri sendiri dengan membayar infak Rp.200.000 untuk sholat shubuh dan Rp. 100.000,- untuk sholat yang lainnya. Setelah lama mempraktikkan hal ini, saya merasakan bahwa uang tersebut belum berarti apa-apa. Belum bisa menggantikan pahala yang saya dapat dari melakukan sholat berjamaah, sehingga saya merasa sedih dan kehilangan. Perasaan inilah yang dapat memelihara saya untuk tidak mudah meninggalkan sholat berjamaah di Masjid.

Tentunya kita menyadari bahwa, cara yang selama ini dilakukan masih banyak kekurangannya. Karena itu kita perlu terus berusaha untuk memperbaiki kebiasaan, sikap dan cara kerja kita. Sehingga dari hari ke hari nilai waktu kita terus bergerak naik. Jika sekarang nilai waktu kita Rp. 10.000,- per jamnya, kita terus berupaya agar bisa berkembang secepatnya. Kita tidak boleh merasa apa yang kita lakukan adalah yang terbaik dan maksimal. Sadarilah masih banyak cara yang lebih baik dan lebih cepat untuk meningkatkan nilai waktu anda.

Saya sangat terinspirasi oleh sajak Douglas Malloch, yang saya temukan di bukunya Frank Bettger “ Jurus anti Gagal Dalam menjual” terbitan Gramedia. Mungkin sajak ini bermanfaat bagi anda. Coba resapi dan renungkan dalam-dalam.

Anda mungkin tidak ada kelirunya
Dalam cara anda hidup, pekerjaan yang anda lakukan,
Tetapi saya dapat melihat dengan jelas, apa yang salah dengan diriku,
Bukannya saya malas atau melalaikan tugas dengan sengaja.

Saya bekerja sekeras orang lain, namun sedemikian sedikit yang saya peroleh.
Pagi sudah lewat, dan kini menginjak tengah hari.
Tiba-tiba malampun mendekat, tanpa saya sadari.
Dan, ya ampun. Disekitar saya bertumpuk hal-hal yang belum saya selesaikan.
Kalau saja saya bisa lebih teratur!
Kerap kali sudah saya sadari,
Bukan manusianya yang penting; manusianya juga harus punya rencana.

Anda mungkin tidak ada kelirunya, tetapi inilah kesulita-kesulitan langsung saya.
Saya mengerjakan hal-hal yang bernilai banyak,
atau bahkan yang tidak ada nilainya apapun.
Banyak hal yang benar-benar penting terlewatkan begitu saja.
Saya coba ini, coba itu, tetapi tidak pernah sampai selesai.
Kerjaku sekeras yang lain-lain,
Tetapi begitu sedikit hasilnya.
Kalau saja saya dapat bekerja dengan tertib,
anda akan heran, begitu banyak hal yang akan saya capai.

Semoga bermanfaat
See you at the top

0 comments:

Posting Komentar