Malu, Musuh terberat

Pada saat duduk di bangku sekolah baik tingkat Madrasah Tsanawiyah ( setingkat SMP) dan Madrasah Aliyah (Setingkat SMA), saya termasuk murid yang tidak suka mengikuti kegiatan ekstra kulikuler. Saya tidak tahu persis kenapa saya tidak suka pada kegiatan-kegiatan tersebut.

Hingga ketika saya duduk di kelas 2 Madrasah Aliyah, salah seorang guru memaksa saya untuk mengikuti acara muhadloroh, latihan berpidato. Sungguh peristiwa itu merupakan pengalaman yang sulit dilupakan. Bagaimana tidak, bicara didepan teman-teman sekelas saja, tidak bisa. Rasanya jantung mau copot dan leher seperti dicekik. Sehingga yang keluar adalah kata-kata yang tidak bermakna.

Setelah kejadian itu, hati saya berkata “ Lif, kamu ini gimana. Katanya mau jadi sarjana. Sarjana macam apa jika kamu tidak bisa bicara didepan umum. Apakah kamu mau menjadi sarjana yang sebenarnya bukan sarjana. Lalu buat apa kesarjanaanmu?. Apa bisa kamu menjadi kaya jika kamu tidak bisa bicara di depam umum? Bukankah kesuksesan itu mudah diraih jika kamu menjadi pemimpin. Lantas apa kamu bisa menjadi pemimpin jika kamu tidak bisa bicara didepan umum?” Kata-kata itu terus mengiang-ngiang dihatiku. Sehingga mampu mengalahkan rasa malu dan malas untuk terlibat pada kegiatan muhadloroh. Justru kegiatan itu menjadi kegiatan yang sangat kunantikan. Dan saya selalu berusaha agar disetiap kegiatan bisa tampil kedepan.

Alhamdulillah, ketekunan saya mengikuti kegiatan muhadloroh membuahkan hasil, saya ditunjuk untuk memberi sambutan pada acara akhirus sanah (pelepasan siswa kelas 3 Madrasah Aliyah), di depan lebih dari 700 orang. Setelah turun dari panggung ada pujian dari seorang ibu, yang mempunyai anak gadis sangat cantik “ Dik, sambutannya sangat bagus”. Perasaanku sangat melambung saat itu. Bagaimana tidak, dipuji oleh seorang ibu, yang anakku aku taksir, walaupun saya tidak berani berterus terang. He he he …..

Ketika mulai mengerjakan skripsi, pikiran saya kembali terusik,” Lif, rasanya kamu belum pantas lulus menjadi sarjana. Kamu belum lancar bicara didepan umum. Jika kamu lulus sarjana, kamu akan mengalami kesulitan berlatih bicara didepan umum. Tetapi jika kamu masih menjadi mahasiswa, ada banyak organisasi yang dapat kamu masuki untuk berlatih bicara didepan umum”.

Akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan pembuatan skripsi dan focus mengikuti oraganisasi yang bisa menjadi tempat berlatih bicara didepan umum. Banyak organisasi saya ikuti, mulai dari Karang Taruna, Remaja Masjid, HMI, dan lain sebagainya. Saya selalu berusaha untuk bisa tampil dalam setiap acara, tidak peduli peran yang saya ambil, yang penting bisa tampil didepan umum.

Saya pernah berperan sebagai pembawa acara mulai dari acara kegiatan keagamaan, acara ulang tahun prosesi pemakaman mayat dan sebagainya. Saya juga pernah berperan sebagai pemabaca Alqur’an walaupun saya merasa bacaan saya kurang bagus, pembaca sari tilawah, pemberi sambutan. Yang paling mengesankan saya pernah memberi sambutan rombongan mempelai laki-laki didepan lebih dari 1000 orang. Saya juga pernah menjadi pembicara resepsi pernikahan didepan lebih dari 500 orang. Waktu itu sebenarnya saya sempat menolak, karena sebagai mahasiswa saya belum kawin dan belum mempunyai banyak pengalaman. Bagaiman mungkin saya memberi nasehat orang yang menikah sementara saya belum menikah. Namun disisi lain hatiku bertanya” Lif, ini kesempatan belum tentu terulang kembali. Jika seumpama ceramahmu jelek, toh mereka tidak banyak kenal kamu. Tetapi jika ceramahmu baik, mereka akan simpati kepadamu. Lagian bukankah mereka mengundang kamu berarti mereka yakin kamu bisa dan mampu?.” Akhirnya tawaran itu saya terima.

Mengikuti banyak organisasi ternyata sangat melelahkan, hingga akhirnya saya jatuh sakit. Saat itulah saya sadar, saya telah meninggalkan bangku kuliah hampir 2 tahun. Saya harus lulus semester ini juga.

Alhamdulillah berkat bantuan temanku Asri Rini Wati saya dapat menyelesaikan skripsi dalam waktu 2 bulan. Sebenarnya ketua jurusan menolak saya bisa diuji pada semester itu, karena saya tidak pernah melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Namun setelah saya jelaskan kepada mereka kemana selama ini saya pergi dan saya jamin skripsi yang saya buat adalah murni karya sendiri, saya dapat mengikuti ujian skripsi di semester itu juga dengan nilai cukup memuaskan.

Sampai sekarang, kemampuan berbicara saya masih perlu dilatih terus. Karena itu saya terus berusaha untuk bisa tampil bicara didepan umum. Saya terkadang masih merasa panas dingin ketika maju ke depan. Tetapi kata orang itu hal yang wajar. Orang yang sudah terbiasa saja masih suka panas dingin.

Ternyata kemampuan bicara didepan umum ini sangat diperlukan, jika kita ingin menjadi marketing yang sukses, atau menjadi seorang manager. Keterampilan ini telah membantu saya berprestasi dalam bekerja di perusahaan orang lain maupun di perusahaan sendiri. Seorang sales membutuhkan kemampuan menjelaskan produk yang dijualnya, sehingga mudah difahami customer. Kemampuan ini hanya dapat dimiliki jika anda sering tampil berbicara didepan umum. Anda tidak percaya?. Coba praktekkan dan lihat hasilnya. Adakah seorang profesional yang mempunyai jabatan tinggi, yang tidak mempunyai keahlihan bicara didepan umum.
Semoga bermanfaat,
See you at the top

1 comments:

Eko Eshape mengatakan...

Siap mengikuti jejak pak Muallif

Salam sakses mulia

Posting Komentar