Hati-hati dengan hutang.

Alhamdulillah sampai saat ini saya belum pernah menggunakan hutang dari bank untuk menjalankan usaha saya. Satu-satunya hutang ke bank adalah untuk membeli property yang sekarang saya sewakan. Saya memang sengaja tidak mau menggunakan uang bank. Padahal banyak tawaran modal kerja yang diberikan dari berbagai bank.

Adapun cara saya menambah modal adalah dengan mengetatkan ikat pinggang lalu keuntungan selalu dijadikan modal. Selain itu kami berusaha menjalin kerjasama dengan para supplier sehingga mereka dapat memberi perpanjangan pembayaran atau hutang.

Pada awalnya kami mengalami kesulitan meminta perpajangan pembayaran. Apalagi jika mereka tahu, kami hanya perusahaan kecil. Namun dengan sedikit pendekatan dan atau sedikit tekanan akhirnya mereka mau memberikan perpanjangan pembayaran. Kami meminta perpanjangan hutang sebenarnya bukannya kami tidak mampu membayar tunai, Tetapi strategi ini kami lakukan semata-mata ingin menujukkan bahwa kerjasama ini bukan hanya keperluan kami, tetapi juga keperluan supplier.


Namun nampaknyamanusia mempunyai fitrah suka menerima tetapi sulit memberi. Ada seorang teman meminjam uang ke saya. Ketika permohonannya kami penuhi, mereka tampak amat sangat bahagia. Saya merasa seakan dia bukan berhutang tetapi mendapatkan secara gratis. Saya melihat dari rasa bahagia yang nampak dari nada suara dan sikapnya. Tetapi ketika ditagih, sikapnya berat sekali. Sudah hampi satu tahun hutang belum dikembalikan. Padahal nilainya hanya 5 juta, dan dia seoarang pengusaha.

Begitu juga kami, terkadang dijangkiti penyakit “OWOL” atau enggan jika membayar hutang. Pernah suatu ketika istri berkata “uang Rp 10 Juta kok dikasihkan orang”. Waktu itu istri, sebagai bagian keuangan sedang menghitung uang untuk membayar supplier..
“ Dikasih orang bagaimana? Itu kan uang mereka. Kita meminjamnya dan sekarang mengembalikannya” kataku menimpali. Mungkin karena istri melihat fisik uang segepok itu, sehingga dia berpikiran seperti itu. Akhirnya untuk menghindari sikap “Owol atau Enggan” kami melakukan pembayaran utamanya yang nilai besar menggunakan giro atau transfer. Dengan cara ini kami tidak lagi berat untuk membayar hutang walaupun lebih dari Rp. 100 juta sekalipun. Karena kami tidak melihat fisik uangnya kami hanya menulis angka dan tandatangan. Itu saja.

Kami berketetapan hati untuk tidak mudah menunda-nunda pembayaran supplier. Apalagi jika memang uangnya ada. Yang kami lakukan barangkali hanya sebatas menunggu mereka nagih. Walaupun sudah jatuh tempo jika belum ditagih, belum dibayar. Tetapi jika ditagih seketika itu kami persilahkan untuk datang mengambilnya.

Tetapi saya banyak menemuai orang yang suka menunda-nunda pembayaran. Setiap kali ditagih, jawabnya selalu, Tar suk, Tar suk. Padahal saya tahu mereka mempunyai uang. Mereka rupanya lebih suka uang dipakai atau diputar terlebih dahulu, atau bertahan sejenak direkening mereka. Mungkin mereka tidak sadar, jika melakukan penundaan pembayaran hutang, apalagi jika uang sudah ada merupakan kesalahan yang sangat fatal.

Jawaban” tarsuk” itu akan melukai customer. Orang yang hatinya terluka biasanya terbersik doa yang tidak baik. Jika banyak doa yang tidak baik tertuju kepada mereka, tentu bukan kesuksesan yang akan diraih tetapi kehancuran. Saya sering mengamati perusahaan atau orang yang susah membayar hutang itu, perusahaannya tidak sehat dan akhirnya hancur. Mereka enggan membayar karena uang yang ada dipakai keperluan pribadi atau pengembangan perusahaan terlebih dahulu. Tetapi uang tersebut dipakai bukan untuk invesatasi tetapi kebanyakan untuk konsumsi, sehingga yang terjadi makin lama makin susah saja. Jika mereka dipaksa untuk membayar, bukanya sadar akan kekeliruannya dan meminta maaf, tetapi malah marah. Maka pantaslah ada istilah “ jika berhutang seakan mereka mendapatkan durian runtuh, tetapi ketika membayar mereka seakan itu dirampok”

Memang nampaknya keluasan hati untuk membayar hutang itu, merupakan hidayah. Hanya orang yang diberi hidayah oleh Allah, yang memliki keluasan hati untuk mendahulukan membayar hutang dari pada untuk mereka nikmati.


Jika anda membayar hutang dengan senang hati., hidup anda akan bergairah dan bersemangat. Jika anda memudahkan orang lain anda akan dimudahkan oleh Allah. Karena Allah telah berjanji, barangsiapa yang memudahkan urusan orang lain , Allah akan memudahkan urusannya. Tidakkah saya senang dan bangga jika mendengar seseorang berkata” Bagus tuh PT Alfa Fikrindo Utama. Bayarnya enak. Gak berbelit-belit”. Kalimat ini akan menjadi doa. Tidak ada kalimat yang indah dan baik selain Doa.

Oleh karena itu hati-hati dengan hutang. Segera bayarlah jika sudah jatuh temponya. Usir dan buang jauh-jauh perasaan enggan atau berat membayar hutang. Karena ini akan manjadi malapetaka. Tidak ada ceritanya orang yang sukses dengan cara menyusahkan orang lain.

Yuk kita bayar hutang. Siapa takut. Semoga Allah selau memudahkan langkah kita. Amin.

Semoga bermanfaat.
See you at the top

3 comments:

lijaro clothing mengatakan...

yap bos, setuju
kami juga pernah mengalami dengan hutang di BANK...tidak nyaman
apalagi jika tiba-tiba Usaha kita Kolebs...!
Bank tidak mau tau (terutama Para Debt collector mereka yang die "st" ga punya Hati)
Alhhamdullilah dah Beres..!
sekarang Babak Baru

Muallif Wijono mengatakan...

Bukannya saya alergi utang . Tetapi pertama yang harus dihindari jangan pernah ngutang untuk konsumtip. Dan yang kedua jika untuk nambah modal, ngutang adalah jalan terakhir setelah segala cara dan nasehat dari luar yang action tanpa biaya(kerja keras) sudah dilakukan.
Kemudian yang terakhir, jangan keburu hutang ke Bank. tetapi hutanglah ke supplier anda.
kerana ini terhindar dari interest atau riba.

ianz mengatakan...

saya dl pernah kerja di bank mas. di bagian kredit lg. tp kalo hrs jujur sebenarnya saya sependapat sama mas...

Posting Komentar