Keberatan dari sang Istri

Setelah mengikuti Sholat Jamaah Dluhur di Masjid Darus Salam Cikarang Baru, saya bertemu dengan teman ketika menunaikan ibadah haji. Setelah basa-basi menanyakan keadaan masing-masing, tidak lupa saya menanyakan perkembangan bisnis yang dilakukannya sepulang ibadah haji.
“ oh pak, sekarang saja kerja lagi” jawabnya bernada sedikit agak kesal. Lo kenapa? “Tahu tuh, apa maunya istri saya. Jadi saya bekerja ini dengan sangat terpaksa,mengikuti kehendak istri. Sebenarnya saya sudah tidak mau bekerja. Saya ingin berusaha sendiri saja. Tapi bagaimana ya istri rebut terus. Katanya dia gak tega melihat saya di rumah. Kalau bekerja kan jelas saya berangkat pakai baju yang necis dan bersepatu. Tetapi kalau usaha sendiri, saya hanya bakai kaus oblong dan pakai sandal jepit. Mungkin dia malu kepada temannya, melihat keadaan saya demikian”.

“Mungkin istri belum melihat, keuntungan dari usaha yang telah anda rintis. Dan barangkali dia pesimis dengan keberhasilannya” kataku menimpali untuk meredakan kekesalannya.
“Sebenarnya usaha yang saya rintis itu sudah cukup lumayan lo. Paling tidak sekarang ini telah menghasilkan Rp. 4 juta perbulan. Itu sudah bersih”
“Sebenarnya sudah lumayan ya. Tinggal sedikit diseriusi saja penghasilan dapat dinaikkan. Mungkin istri merasa malu anda terlihat seperti pengangguran. Mungkin hal ini dapat disiasati dengan cara anda mencari tempat usaha yang agak jauh. Lalu anda berangkat kerja dan pulang kerja layaknya anda kerja ditempat orang lain. Pakai baju yang rapid an bersepatu. Memang ada orang yang masih mempunyai pendapat demikian.”


Pembaca yang budiman, apakah anda mengalami hal yang sama dengan pak haji teman saya tersebut?. Ya memang sulit ya,jika istri tidak mendukung rencana kita untuk usaha. Untung istri saya tidak bereaksi ketika saya keluar dari tempat kerja dan berencana usaha sendiri.

Memang sebelum keluar dari pekerjaan saya sudah sering membicarakan rencana ingin berusaha dengan istri. Ketika dia mengajukan keberatan, saya jelaskan untung ruginya. Lalu saya berikan contoh teman-teman yang lebih dahulu merintis usaha. Apalagi saya berusaha dibidang yang sama dengan pekerjaan yang saya geluti. Jadi saya hanya pindah kamar. Apa yang ditakuti?

Lantas bagaimana solusinya jika istri menolak rencana kita untuk berwiraswasta? Mungkin saran saya adalah, cari tahu terlebih dahulu keberatan apa yang paling mendasar yang diajukan oleh istri. Gali keberatan itu sampai ke akar-akarnya. Jika anda sudah menemukannya jawablah dengan meyakinkan dan sertai dengan bukti atau tindakan yang kongkrit.
Misalnya keberatan yang mendasar bagi istri ketika kita berusaha adalah takut gagal. Disamping anda menjelaskan untuk mengurangi ketakutannya anda harus memulai usaha terlebih dahulu disambi bekerja. Jika penghasilan usaha anda melebihi gaji and ketika bekerja, saya kira keberatan istri dapat terjawab dengan baik.
Jika keberatan istri karena gengsi dan penampilan, seperti yang dialami teman saya tersebut. maka anda dapat memilih tempat usaha yang terpisah dengan tempat tinggal anda. Sehingga anda bisa berangkat kerja dengan mengenakan pakaian kerja layaknya anda bekerja ditempat orang lain. Berpakaian yang rapih, bersepatu membawa tas dan mengendarai mobil. Lakukan, apa yang biasa anda lakukan ketika anda masih bekerja, misalnya bersalaman dan mencium kening istri ketika akan pergi kerja.

Semoga bermanfaat.
See you at the top

0 comments:

Posting Komentar