Ternyata kuliah di ITB tidak semahal yang dibayangkan

Kemarin disela-sela istirahat setelah diskusi panjang untuk persiapan pelatihan kewirausahaan dan tehnik mengelas, tehnik perkakas dan kelistrikan yang diselenggarakan oleh ITB bandung bekerjasama dengan BLK Bekasi, kami membicarakan tentang peran insitusi pendidikan untuk kemajuan bangsa. Ketika itu saya sempat menanyakan peran ITB terhadap kemajuan bidang permesinan di Indonesia. Saya nyatakan kepada mereka bahwa, bahwa bidang permesinan adalah sesuatu hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Karena mesin merupakan suatu alat yang mampu menciptakan sesuatu menjadi lebih murah, lebih mudah, lebih cepat dan lebih baik. Jika suatu bangsa tidak mau mengembangkan industry permesinan maka alamat akan menjadi bangsa yang tertinggal. Karena mereka akan selalu menduduki posisi kedua kebawah. Kenapa karena mereka menunggu Negara lain menciptakan dulu mesin yang mereka butuhkan.


Pihak ITB, katanya sudah mulai merintis kearah itu, dan kini sedang mempersiapkan sertifikasi atau standardisasi untuk mesin yang masuk. Kebijakan ini akan sedikit menghambat masuknya mesin-mesin dari luar. Kemudian kita mendorong industry dalam negeri untuk memproduksi permesinan.

“Tapi nampaknya pemerintah belum bisa mendukung program ini. Nyatanya perusahaan Tekmako yang memproduksi mobil dan permesinan tidak didukung, sehingga mereka mati suri. Pindad yang memproduksi mesin bubut tidak berkembang.” Kata saya.

“Sekarang kita sedang mengusahakan kearah sana pak. Kita mendorong pemerintah mewujudkan impian kita bersama” kata pak Agung, salah satu dari utusan ITB.

Ya mudah-mudahan pemerintah segera menyadari akan kekeliruannya dan segera bangkit untuk memberikan angin segar bagi perindustrian permesinan kita. Karena alasan itu pulalah saya, sering mengajak teman-teman TDA yang lulusan tehnik, untuk membuka usaha dibidang permesinan. Kita jangan hanya mengejar keuntungan melulu, sehingga bisnis apapun gak masalah yang penting berkembang dan untung. Kita hendaknya didalam berwirausaha kita mempunyai idialisme. Disamping mendapatkan uang kita juga dapat menaikkan kebanggaan Negara kita tercinta. Jangan hanya mengurusi makanan saja. Masa insiyur yang diurusi urusan perut melulu. He he he.

Kemudian diskusi dilanjutkan dengan mahalnya biaya kuliah. “Memang sepertinya mahal pak” kata pak Agung. “Tetapi sebenarnya ini bagus untuk mengerem animo orang kaya untuk masuk di ITB. Coba bayangkan jika biaya kuliah dibuat murah. Nanti yang masuk ke ITB orang kaya semua. Tapi percayalah sebenarnya kita bisa kuliah di ITB dengan modal dengkul”
“Modal dengkul” kataku seakan tak percaya.
“ Ya benar. Anda bisa kuliah dengan modal dengkul. Yang penting anda masuk atau diterima dulu. Nanti jika anda tidak mempunyai biaya anda akan dicarikan biasiswa. Di ITB banyak biasiswa pak. Dan bahkan jika anda tidak mempunyai biaya untuk pergi ke Bandung sekalipun , silahkan cari hutangan terlebih dahulu. Nanti akan diganti oleh ITB”
“Wah luar biasa ya. Tapi masalahnya apakah masyarakat mengetahui ini?. Jika mereka belum tahu berita baik ini, tentu mereka yang mempunyai potensi tetapi tidak beruntung dari segi materi, akan merasa down dahulu ” tanyaku kemudian.
“itulah kelemahan kami, memang PR kami masih lemah. Mudah-mudahan kedepan bisa diperbaiki.”

Suatu kabar gembira yang kucup mengejutkan. Memang pepatah lama yang berbunyi “ dimana ada kemauan disitu ada jalan” memang tetap relefan sampai kapanpun. Sekarang semuanya terserah pada kita. Anda mau gak?


Semoga bermanfaat.
See you at the top

0 comments:

Posting Komentar