Pamer atau menginspirasi

Selesai solat Jum’at, saya menyempatkan diri sejenak berhenti di Masjid. Tidak lama kemudian datang tetangga rumah yang meskipun sering ketemu di Masjid namun jarang sekali bercengkerama. Setelah basi basi beberapa saat, saya berkata “ Eh saya ada rencana Gedung SMPIT AL-FAWWAZ nanti menjadi Universitas lo. Saya sudah mulai penjajagan dengan salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta untuk mengadakan Kuliah jarak Jauh.” Lalu saya diam menunggu komentar atau apalah dari 2 teman tersebut. Namun mereka diam tidak komentar apa apa. Suasana jadi hening. Akhirnya untuk memecahkan keheningan itu saya berbicara dengan tema lain. Dalam hati saya berbikir, ada apa dengan pernyataan saya ya. Apakah salah saya mengucapkan hal demikian. Atau itu dianggap pamer? Saya tidak bisa meraba isi hati mereka.

Saya menganggap sikap mereka itu aneh, karena berlawanan dengan sikap saya apabila mendengarkan kabar gembira dari teman tentang kesuksesannya. Walaupun terkadang dalam hati ini diliputi dengan rasa tidak percaya. Tetapi uniknya rasa tidak percaya tersebut justru menambah rasa penasaran saya untuk ingin tahu. Sehingga yang terjadi adalah rasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh dan lebih jauh lagi, tentang kesuksesan teman tersebut. Sikap saya ini ternyata sangat menguntungkan. Saya memiliki semangat yang kuat untuk mendirikan Yayasan Pendidikan, setelah mendengar teman saya yang biasa-biasa saja menurut ukuran saya, mampu memiliki Yayasan Pendidikan meskipun masih ala kadarnya. Kenyataan ini justru memacu diri saya untuk segera mewujudkan rencana saya untuk mendirikan sekolahan. Ya jika dia bisa kenapa saya tidak. Alhamdulillah sekarang SMPIT ALFAWWAZ telah berdiri dan telah menerima siswa. Suatu ketika saya mengunjungi teman saya yang ada di Surabaya, dia berkata mempunyai kebon sengon lebih dari 50 H. Ketika mendengar ucapan itu, saya tidak percaya. Ah , ngibul bagaimana mungkin dia punya kebun seluas itu, dia masih kerja ditempat orang, sedang rumah dan kendaraanyapun masih sederhana, atau pas pasan. Namun sekali lagi rasa tidak percaya saya itu bukan membuat saya cuek atau diam terhadap penyataannya. Tetapi malah membuat saya tertarik untuk mengetahuainya. Setelah dia meceritakan yang sebenarnya, baru saya tahu oh ternyata dia bekerjasama dengan orang yang punya lahan. Dia hanya menanami saja jika ongons tanam dan bibit cuma, 1500 per pohon, pantas dong jika dia bisa memiliki kebon sengon seluas 50 H? jika satu hektar ditanami 2000 pohon, kan cuma keluar modal 3 juta? Gara-gara teman punya kebon sengon akhirnya saya tertarik juga untuk membuat kebon sengon. Setelah beberapa kali gagal menemukan lahan, kini saya alihkan keiinginan memiliki kebon sengon dengan ke kebon Sawit. Andai saja saya berdiam diri ketika mendengar cerita teman saya dengan sengonnya mungkin saya tidak akan mempunyai kebon sawit. Nah sekarang enak mana, ketika anda mendengar tentang kesuksesan teman anda. Apakah anda akan diam seribu bahasa dengan hati penuh rasa curiga. Dan membuat teman anda merasa tidak enak hati. Atau menanggapi atau merasai turut bahagia akan kesuksesan teman kita. sehingga dapat membuat teman kita merasa senang atas sikap kita. Kemudian sebagai balasannya kita dapat dituntunya untuk memiliki hal yang sama atau yang semisal dengan yang dimiliki oleh teman kita, bahkan lebih baik lagi. Mempunyai sekolahan di gedung milik sendiri dan memilki kebon sawit ditanahnya sendiri. Jika kita berprasangka baik, terhadap orang yang menceritakan kesuksesanya. Sebenarnya mereka ini ingin menginspirasi kita. Ingin agar kita sukses seperti mereka. Bukan ingin pamer atas kesuksesannya.. ya bukan ingin pamer tetapi ingin menginspirasi. Semoga bermanfaat See you at the top.

0 comments:

Posting Komentar