Tampilkan, peran terbaikmu

Disela-sela seminar “ innovation for competitiveness” yang diselenggarakan Jababeka Innovation Center, saya bertemu dengan teman lama. Setelah perbincangan cukup lama, sang teman bertanya” Sampean mengembangakan usaha Properti pakai modal sendiri atau bank?” “Pakai modal sendiri” jawab saya singkat.
“lo, bukannya kita lebih baik menggunakan modal dari bank, sehingga kita bisa menggunakan modal sendiri untuk hal-hal yang lebih tidak bisa dibiayai oleh bank.”
“ Saya mengiginkan keberkahan dan ketenangan”.
“ Bicara soal keberkahan, bagaimana pendapat sampean, tentang ; kita sudah berusaha yang terbaik, tidak mau menyakiti orang, tidak pernah ngemplang utang, terus kenapa kita disakiti dan dikemplang orang lain ya? Kita sudah berusaha baik dengan karyawan, mendidiknya, memberi fasilitas yang cukup kenapa, mereka tetap saja keluar bahkan menjadi pesaing kita ya?”

“Ya, kita ini siapa ya. Jika kita sudah berusaha dan merasa melakukan yang terbaik, baik mana keadaan kita dengan Rosul kita? Tentu kita sepakat Muhammad adalah yang terbaik dari seluruh umat manusia? Jika ukuran kesusahan dan kesedihan yang menimpa kita sebanding dengan kebaikan kita, mestinya Nabi Muhammad adalah orang yang paling terhindar dari marabahaya. Namun yang terjadi malah sebaliknya, kesusahan, kesedihan kesakitan dan kekecewaan yang disebabkan oleh tingkah polah orang disekitar kita terhadap kita tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan yang menimpa Nabi. Tentu anda tahu, bagaimana Nabi dilempari batu, kotoran unta dicaci maki, dikhianati dan diperangi oleh kaumnya. Bahkan orang yang datang belakang, tidak pernah melihat atau bertemu Nabi ikut mencacinya.” Teman saya diam saja.

“Jika kita memahami tentang kehidupan , sebenarnya kehidupan ini semuanya adalah ujian. Apa yang terjadi pada diri kita baik itu berupa kebaikan atau keburukan semuanya adalah ujian. Namun kebanyakan kita memahami ujian itu hanya sesuatu yang membuat kita sedih, susah, celaka, dan kecewa saja. pokoknya sesuatu yang tidak mengenakkan bagi kita. Sementara jika kita mendapatkan kemudahan, keberlimpahan, kesehatan dan semua yang membahagiakan kita menyangka bukan ujian tetapi karunia dan kasih sayang Allah. Padahal ini semua juga ujian, bagaiman kita bersikap dalam menerima karunia itu. Padahal jika Allah sayang pada hambanya, jika Allah ingin mengangkat kedudukan hambanya, jika si hamba tidak mampu mulia dari amal yang dilakukannya, maka Allah akan memberinya ujian ujian kesusahan, kekecewaan dan kesedihan. Allah akan mengangkat derajatnya lewat kesabaran si hamba. Allah akan membersihkan dosa si hamba dengan malapetaka dan kesusahan hidupnya. ”

“Jadi, bagaimana seharusnya kita bersikap?”
“Jika kita ingin hidup bahagia, aman, tentram, damai dan sejahtera, anggaplah hidup ini sebagai panggung sandiwara. Perankan dengan baik bahkan yang terbaik peran yang akan kita ambil. Kemudian apapun yang terjadi pada diri kita baik yang berasal dari kondisi lingkungan maupun orang-orang yang ada disekitar kita, anggaplah itu memang sessuatu yang mesti ada, sebagai penegasan peran yang kita ambil. Jika kita memiliki pandangan demikian maka tidak akan pernah membeci orang yang berperan sebagai orang judes kepada anda. Kita tidak akan marah terhadap orang yang tidak membayar hutangnya pada kita. Kenapa? Karena orang itu memang disuruh oleh sang sutradara untuk berperan pengemplang uang kita. Kenapa kita marah kepadanya. Kalau toh kita mau marah mestinya marahnya pada sang sutradara. Jika kita tidak terima dengan perlakuan peran si pengemplang uang kita, berarti kita bukan seorang pemain yang baik. Sebagai resikonya kita digolongkan sebagai pemain yang tidak baik. Tidak kompeten dan kita akan mengalami kekecewaan dan penderitaan karena sikap si pengemplang. Jika kita kemudian jatuh tersungkur karena sikap si pengemplang jangan salahkan mereka. Itu salah kita sendiri, karena kita salah mengambil sikap”
“ oh lantas, jika di dholimi orang lain kita, pasrah, diam saja dan bersyabar?”
“ Ya, tidak begitu. Kita tetap berusaha agar uang kita kembali, dengan cara yang baik dan hati yang dingin tentunya. Karena bukankah kita ingin mencari ketenteraman dan kebahagiaan hidup? Jika kita mengembangkan sikap amarah, belum tentu uang kita akan kembali namun yang pasti hati kita akan hancur, badan lemas dan pikiran buntu. Kita akan mengidap tekanan darah tinggi dan stroke.Kemalangan yang benar benar membuat diri kita malang. Namun jika kita bersikap dengan hati yang dingin, meskipun uang kita tidak kembali, kita masih bahagia, kita masih mempunyai semangat hidup dan pikiran yang jernih. Dan kita masih punya kesempatan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang hilang”
“ Sampean sudah bisa seperti itu?”
“ Belum, kita memang masih terus belajar, memerankan yang terbaik peran yang kita ambil. Permasalahan hidup akan terus kita hadapi selama kita masih hidup. Kita terkadang kalah dan salah bersikap dalam suatu momen. Itu hal yang wajar. Namun yang perlu kita usahakan adalah bagaimana kita bisa lebih banyak berperan yang benar dan terbaik. Karena tidak ada manusia yang tidak pernah salah.”
“ udah ya, yuk kita makan?!”
Semoga bermanfaat
See you at the top

2 comments:

pojok wirausaha mengatakan...

bukan apa yang hendak kita capai yang paling menarik. tapi langkah menuju menuju semua itu dengan penuh perjuangan dan ikhlas. maka meskipun tidak mulus bisa menghasilkan yang terbaik.

id card murah mengatakan...

terimakasih informasinya

Posting Komentar