Suatu ketika saya menghadiri pertemuan acara wirausaha, salah seorang mentor bisnis.yang sudah dikenal banyak orang itu menyatakan yang maksudnya kurang lebih demikian; berhutang adalah sesuatu hal yang amat baik. Karena akan membantu membayarkan gaji para pegawai bank. Karena itu anda akan banyak didoakan oleh orang lain. Disamping itu usaha anda akan cepat berkembang jika mau memanfaatkan modal orang lain.
Ketika itu saya berpendapat, wah alangkah bagusnya pernyataan itu. Namun setelah beberapa waktu berselang pikiran saya berubah. Apalagi setelah membaca tentang bahaya mencintai dunia. Dunia adalah sebuah permainan yang menipu. “Pemiliknya tidak akan selamat dari sipat berbangga diri dan angkuh. Seandainya mereka bisa selamat dari sipat itu dia akan sibuk mengurusnya dan terlupakan dari dzikir kepada Allah”, kata Nabi Isa AS. Sementara orang yang sesoleh apapun, kemudian meninggal dengan membawa pahala jihad, dia belum bisa masuk surga jika mempunyai hutang yang belum dibayar.
Padahal hidup ini hanya sementara. Padahal hidup ini merupakan ladang untuk mencari bekal hidup setelah mati, yang abadi. Alangkah celakanya kita jika sampai terlena, mengejar keasyikan gemerlapnya dunia, lalu lupa dengan tugas yang utama, mengumpulkan bekal hidup di akhirat.
Sebagai orang yang percaya tentang kehidupan setelah mati, tentu kita tidak ingin mengalami kesusahan atau kepayahan bahkan kesengsaraan hidup di akhirat. Padahal di kehidupan itu hanya ada dua keadaan, masuk surga atau neraka. Jika kita masuk ke neraka, kita tidak bisa melakukan usaha sedikitpun, agar berpindah ke surga. Padahal kita tahu, siksa yang teringan di neraka adalah kakinya menginjak bara api, sementara otaknya mendidih. Seandainya kita bisa mati karena siksa itu barangkali tidak mengapa. Namun kita tidak bisa mati, kita akan hidup abadi selamanya, menanggung derita yang sedemikian dahsyatnya.
Lalu alangkah bodohnya seseorang mau menukar kesengsaraan yang demikian dahsyatnya demi kenikmatan yang hanya beberapa tahun saja. Alangkah bodohnya seorang suami atau ayah, yang berani melakukan korupsi atau mengambil hak orang lain, mudah berhutang demi memenuhi keinginannya atau membahagiakan orang yang dicintainya. Padahal bisa jadi orang yang dicintainya sewaktu di dunia akan menjadi musuh yang jahat ketika di akhirat nanti. Apakah anda berpikir, anda akan dibela istri dan anak anak ketika anda masuk neraka, gara-gara anda mengambil harta dengan cara yang tidak halal atau mempunyai hutang yang belum terbayar, gara-gara anda ingin menyenagkan anak dan istri anda?. Tidak, justru anak-anak dan istri akan menuntut anda karena telah memberikan harta yang haram, sehingga mereka dimasukkan ke neraka.
Dengan demikian menurut hemat saya, sungguh tidak menguntungkan jika kita berpendapat hutang adalah sesuatu yang baik. Walaupun toh itu demi untuk pengembangan usaha. Saya lebih suka, kerjasama bagi hasil daripada hutang. Karena resiko akan dibagi dua. Dan tidak ada hutang yang mesti dibayar. Jika terpaksa berhutang saya lebih suka berhutang ke supplier karena setidaknya kita sudah mempunyai anggaran untuk membayarnya. Karena kita membeli ke supplier berarti kita sudah mempunyai order, yang hasilnya bisa digunakan untuk membayar supplier kita.
Apalah artinya anda mempunyai asset perusahaan jika, 100 milyar umpamanya namun hutang anda 90 milyar. Mungkin anda bisa beargumen bahwa dengan asset yang tinggi tentu akan menghasilkan profit yang tinggi. Atau dengan asset yang besar berarti anda akan menyerap karyawan yang lebih banyak sehingga anda akan lebih bermanfaat. Bukannya, sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi banyak orang. Betul, namun anda mesti ingat, anda akan disbukkan oleh harta anda. Bisa jadi anda akan terlena, sehingga melupakan kepada yang kuasa. Anda akan lebih berpotensi terjangkit penyakit berbangga diri dan angkuh. Dan jika hutang anda menjadi penghalang jalan anda masuk surga, sungguh kebaikan dan kemanfaatan sebanyak apapun yang anda berikan semuanya tidak ada artinya apa-apa. Lalu kemalangan apa yang lebih dahsyat dari hutang ini?
Apalagi hutang yang anda lakukan untuk keperluan konsumtip. Dimana kebanyakan belanja konsumtip adalah untuk berbangga diri. Tentu kita akan lebih celaka jika tidak bisa membayarnya.
Mulai sekarang, mari kita katakan, “GOODBYE HUTANG”. Mari kita mencoba hidup hemat dan sederhana dengan tanpa hutang. Jika anda seorang pengusaha, untuk menambah modal dan mengembangkan usaha, gunakan uang supplier, kecangkan ikat pinggang dan kerja keras. Mungkin usaha anda tidak berkembang begitu cepat. Tetapi biarlah karena kita hidup bukan hanya sekedar mencari harta. Kita hidup untuk sesuatu yang lebih mulia. Mencari bekal untuk hidup di alam Baka.
Semoga bermanfaat.
See you at the top