Ingin sukses, sukseskan lain.

Jumat, 23 Mei 2014

Membaca judul diatas, nampaknya aneh ya. Wong ingin sukses kok mensukseskan orang lain. Mestinya kan kita berusaha untuk menyukseskan diri sendiri. Lagian bagaimana kita bisa sukses dengan menyukseskan orang lain. Nyatanya bapak ibu guru SD kita, masih seperti itu saja. Padahal ada yang anak didiknya menjadi Bupati maupun Gubernur.

Namun coba perhatikan dan pikirkan baik baik. Kenapa seorang suami atau ayah mau bekerja keras membanting tulang, memeras keringat dan otaknya? Tentunya jawabnya ingin memberikan yang terbaik buat keluarganya, istri dan anaknya. Dia ingin menyukseskan istri dan anaknya. Ketika dia sudah merasa cukup telah memberi yang terbaik( menurut pandangan dia sendiri), maka dia mulai berhenti atau mengurangi usahanya, sehingga pertumbuhan kesuksesannya mulai menurun. Dan akhirnya dia berada pada zona nyaman.

Seandainya sang suami atau ayah tadi, tidak merasa cukup dengan memberi kesuksesan pada keluarganya, maka ceritanya akan lain. Seandainya jika dia ingin menyukseskan orang tuanya, saudaranya, temanya, anak buahnya dan atau bangsanya. Maka sang suami atau ayah tersebut akan terus berusaha menambah pengetahuan dan keterampilannya, sehingga dia mampu mencapai jabatan tertinggi diperusahaannya. Kenapa? Karena dia mampu memimpin dan menginspirasi anak buahnya atau teman sejawatnya. Sehingga para pemegang saham sepakat mengankat dia menjadi Presiden Direktur.

Sang suami atau ayah tersebut, tidak berhenti disini. Dia melihat masyarakat disekitarnya masih tertinggal, anak mudanya seakan tidak memiliki semangat hidup, tudak memiliki harapan dan masa depan yang cerah. Maka disela sela kesibukannya sebagai Presiden Direktur, dia membina anak muda dilingkungannya, menyemangati mereka dan memberdayakannya.

Perjalanan sang suami atau ayah tersebut tidak cukup disitu. Dia akhirnya mendirikan sekolah unggulan yang terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah kebawah. Dia berpikir, tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah yang tidak tahu kenapa mereka sekolah. Yang ada adalah anak yang tidak memiliki harapan dan cita cita yang tinggi. Yang ada adalah anak yang tidak tahu bagaimana caranya belajar dengan baik, sehingga mampu memaksimalkan otak yang dimiliki. Yang ada adalah anak yang didik oleh guru yang salah, yang tidak layak menjadi guru. Yang ada adalah anak yag berada dilingkungan yag salah.

Untuk mewujudkan keinginannya tersebut dia membaca berbagai macam buku yang berkaitan dengan minatnya. Dia mengikuti banyak seminar tentang pendidikan. Dia mengungjungi berbagai sekolah unggulan yang ada. Akhirnya dia mampu mewujudkan sekolah yang diharapkannya. Pada akhirnya kesuksesan dia bertambah dan terus bertambah.

Sehingga disaat menyendiri dia merenung, dia berpikir. Kenapa saya berada disini? Kenapa saya kini menjadi seorang guru yang menginspirasi. Kenapa saya menjadi guru yang menyemangati guru lain?. Kenapa kesuksesan itu datang mengejar saya. Padahal sepertinya saya tidak berjuang untuk mendapatkannya? Kenapa kehidupan ini begitu berlimpah kepada saya. Kenapa kata orang saya bekerja keras, tidak memperhitungkan waktu, tetapi saya kok tidak merasakan saya kerja keras. Tetapi justru saya merasa kerja saya terlalu santai , dan banyak hal yang belum saya lakukan?

Akhirnya dia tahu jawabannya. Ya itu semua karena dia berusaha mensuksekan orang lain. Itu semua karena dia berusaha memuliakan orang lain. Sehingga Tuhannya memuliakan dan mensuksekan dia.

Tidak percaya dan masih bingung dengan logikanya? Bukankah anda tidak mungkin memberi uang pada orang lain jika anda tidak memiliki uang? Bukankah anda tidak mungkin memberi ilmu aatau keterampilan kepada orang lain jika anda tidak mempunyai ilmu atau keterampilan tersebut? Bukankah anda tidak mungkin membangkitkan semangat pada orang lain jika semangat dalam diri anda tidak bangkit? Jadi jika anda ingin memberi uang, ilmu, keterampilan, semangat, kesuksesan maka anda harus memiliki semua itu sebelumnya. Dan untuk memacu diri anda agar mau memiliki, uang, ilmu, keterampilan, semangat dan kesuksesan, tidak ada cara lain kecuali anda memiliki keinginan yang kuat untuk memberi pada orang lain. Untuk mensukseskan orang lain.

Jadi ingin sukses, sukseskan orang lain. Ingin masuk surga masuk surgakan orang lain.

Semoga bermanfaat.

See you at the top

Baca selengkapnya......

Ciptakan Urgensi

Senin, 19 Mei 2014

Kenalkah anda dengan Irene handoko, Felix Y Siauw dan Syafii Antonio?
Kenapa mereka ini yg keislamannya baru beberapa tahun namun sudah memiliki posisi yg strategis dalam dakwah Islam?

Kenapa kita yg sudah sejak dari lahir ber Islam, namun posisi kita tidak lebih baik dari mereka. Bahkan bisa dibilang tidak ada apa apanya.
Lalu kenapa mereka bisa demikian? Nampaknya yg menjadi penyebab terbesarnya adalah kurangnya kita dalam memiliki rasa " urgensi", rasa kegentingan atau rasa darurat.

Kenapa demikian karena kita sudah mampu menyesuaikan diri dengan keadaan. Ibarat orang yang berada  dilingkungan pembuangan sampah TPA, awalnya hidung kita menolak namun lambat laun hidung dan tubuh kita kebal. Sehingga bau sampah sudah tidak mengganggu lagi.

Akankah nasib kita akan seperti katak yang mati direbus karena dia tidak menyadari kenaikan suhu yang pelan pelan?. Apalagi dengan digunakannya media, yang merupakan sumber informasi bagi orang orang pinter dan mereka yg sok pinter. Mereka akan makin merasa semuanya tidak ada masalah dan berjalan baik baik. Mereka hanya berpikir jangka pendek dan berdasarkan keumuman. Artinya kalau masyarakat banyak, kalau orang orang pinter mereferensikan maka itulah yang benar. Mereka tidak mau mendengarkan orang yg diluar keumuman.

Lalu kenapa Irene Handoko, Felix Y Siauw dan Safii Antonio meninggalkan kita jauh menuju kedepan? Jawabnya karna mereka memiliki rasa urgensi. Mereka pendatang baru yang berada dilingkungan TPA.Hidung dan tubuh mereka masih peka dan normal. sehingga bau sampah terasa menyengat dan membuat sakit kepala. Karena  merasa terganggu dengan bau sampah mereka berteriak, mereka bekerja siang malam untuk memikirkan atau menyingkirkan sampah tersebut.

Sementara kita yg sudah lama tinggal disitu, merasa tidak ada yang aneh. Mereka  diam seribu bahasa. Malah kadang kita bikin komentar yang aneh aneh yang isinya menyepelekan usaha mereka dan bahkan ada yg menghalanginya. Namun diucapkan dan dibungkus dengan bahasa yg lebih alim dan nasionalis. sehingga kita nampak lebih baik.


Apakah jaman ini sudah jaman edan kalau tidak ikut edan tidak kebagian? Ingatlah seenak enaknya orang edan masih enak orang yg eling. Orang yg sadar tentang kehidupan ini. Sebaik dan seindah apapun ucapan kita masih lebih baik dibanding dengan  tindakan.

Semoga kita semua bisa menjadi orang yang tidak  hanya pandai ngomong, komentar namun tidak berbuat apa apa. Karena orang seperti ini biasanya penonton. Dan penonton selalu membayar dan menanggung resiko. Sementara orang yg ditonton akan mendapat bayaran dan kebahagiaan.

So jika hidup anda ingin lebih bermanfaat, berdayaguna dan lebih sukses, ciptakan rasa urgensi atau darurat dalam hidup anda. Jika hidup dalam kondisi darurat berarti anda akan hati hati dalam bertindak dan menjalani hidup ini. Anda akan mengarahkan setiap potensi untuk mencapai apa yang anda tuju. Sehingga pencapaian anda akan jauh lebih maksimal
Semoga bermanfaat
see you at the top

Baca selengkapnya......