Posisi Modal Dalam Membangun Usaha

Kamis, 28 Februari 2013

Sering kali modal dijadikan sebagai kambing hitam untuk membangun suatu usaha. Sehingga ketika seseorang ditanya kenapa, tidak usaha sendiri? Kenapa usahanya tidak kunjung berkembang. Maka jawaban yang paling enak dan nampaknya masuk akal adalah, tidak ada modal atau kekurangan modal.

Saya teringat pada sebuah kejadian dalam hidup saya. Ketika saya duduk di semester terakhir, saya sempat berkunjung ke rumah paman. Paman tersebut kerabat jauh, karena ini kunjungan pertama kali ke rumah beliau. Setelah berbasa-basi sebentar, lalu paman bertanya “ nanti kalau selesai kuliah mau apa Lif?”. “Rencana sih mau buka usaha sendiri, namun belum punya modal?” jawab saya setelah beberapa saat terdiam. “Belum punya modal?. Apa gak salah denger tuh?” jawab paman nampak aneh. “Orang seperti kamu, dapat kuliah di Universitas terkenal katanya tidak punya modal. Terus bagaimana ya, mereka yang tidak beruntung, yang tidak bisa kuliah?”. Kata paman selanjutnya. Saya hanya diam saja, menunggu kata-kata paman selanjutnya. “Dengar ya Lif, jika usaha itu perlu modal, memang benar. Namun modal itu bukan hanya berupa uang. Dirimu sendiri itu sudah merupakan modal. Kejujuranmu itu juga merupakan moda. Tekadmu untuk maju, sehingga kamu bisa kuliah meskipun kondisi orang tuamu kekurangan itupun juga merupakan modal. Jadi, jangan mencari yang tidak ada tetapi gunakan sebaik-baiknya apa yang ada. Apa yang kamu miliki sebagai modal untuk membangun usaha kamu”.

Setelah saya berusaha lebih dari 8 tahun, ternyata kata-kata paman tersebut benar. Saya Alhamdulillah mulia merintis usaha sampai sekarang yang sudah menembus omzet diatas sepuluh milyar, belum pernah menggunakan modal uang dari Bank. Kalau toh menggunakan uang bank hanya untuk membeli asset perusahaan.Hanya dua kali saya menggunakan uang bank untuk beli mobil, yaitu kredit mobil, selanjutnya saya beli mobil dengan tunai. Dan hanya dua kali juga membeli ruko dengan cara kredit. Namun semuanya ditengah perjalanan sudah saya lunasi. Dan ruko-ruko selanjutnya saya beli secara tunai.

Mereka yang memposisikan modal uang sebagai sarana untuk menghambat membangun atau mengembangkan usaha menganggap modal uang masuk dalam daftar resep membangun usaha. Ibarat membuat makanan, kita mengenal resep membuat nasi goreng. Bahan-bahan membuat nasi goreng adalah, nasi, garam, kecap, bumbu dan minyak goreng. Meskipun kita membutuhkan wajan, kompor dan gas, namun kita tidak memasukkannya kedalam resep. Mereka yang menggap modal sebagai penghalang untuk membangun usaha berpikir bahwa, modal uang dianggap sebagai bahan pembuat makanan yang bernama “usaha”. Mereka berpikir modal uang dianggap sebagai nasi dalam resep membuat nasi goreng. Oleh karena tidak ada nasi maka tidak bisa membuat nasi goreng.

Padahal semestinya kita memposisikan modal uang sebagai alat, seperti api dalam membuat nasi goreng. Kita memang tidak bisa membuat nasi goring tanpa api. Namun kita bisa membuat api dari minyak tanah, gas atau api. Kitapun mesti sadar juga bahwa api yang dibutuhkan membuat nasi goreng, hanya secukupnya saja. jika kurang besar apinya, matengnya akan lebih lama atau bahkan tidak mateng-mateng. Namun jika apinya kebesaran maka nasinya akan gosong.

Lalu bagaimana seharusnya kita memposisikan modal uang dalam suatu usaha? Ya letakkan modal uang sebagai alat pendukung percepatan usaha. Namun jangan dijadikan sebagai sesuatu yang amat sangat fital dalam membangun usaha. Jangan jadikan modal uang sebagai alat penyelesai masalah yang serba bisa. Misalnya perusahaan mengalami kekurangan cash flow dikarenakan banyak tagihan yang macet, namun kita mengatakan dikarenakan kekurangan modal. Atau sebenarnya kita tidak bisa mempunyai usaha karena kemalasan kita, lalu dikatakan karena tidak mempunyai modal. Atau usaha kita tidak maju-maju karena tidak bisa meningkatkan penjualan, namun kita mengatakan kekurangan modal, karena tidak ada dana untuk promasi misalnya. Atau perusahaan tidak punya uang karena borosnya pengeluaran kita anggap karena kekurangan modal.

Wah jika begini kasihan ya, modal selalu dijadikan kambing hitam karena ketidak kompetenan kita dalam berusaha, karena payahnya kita dalam mengelola keuangan dan karena kurang semangatnya kita untuk maju. Awas lo nanti anda dituntut oleh “modal” ketika diakhirat? He he he. Karena itu hati-hati kalau ngomong.

Semoga bermanfaat
See you at the top

Baca selengkapnya......

Sampai kapan anda akan menjadi Kodok?

Senin, 25 Februari 2013

Di TDA (Komunitas Tangan Diatas) dikenal istilah, Amphibi atau Kodok. Sebutan ini diberikan kepada mereka yang memulai bisnisnya sambil bekerja. Mereka bekerja kepada orang lain, namun disela-sela kesibukannya menjalankan usahanya sendiri. Saya mempunyai banyak teman yang bersetatus kodok ini. Yang mengherankan bagi saya adalah kenapa mereka tetap masih menjadi kodok, padahal usahanya sudah berjalan begitu lama dan cukup menghasilkan. Ketika, saya mengajukan pertanyaan ini, banyak dari mereka diam tidak menjawab. Namun ada beberapa yang menjawab, ingin menunggu pesangon. Sayang sebentar lagi ( beberapa tahun >5 tahun) mau pensiun, masak kerja sudah begitu lama tinggal mendapatkan pesangon kok pergi. Ada jawaban yang kedengarannya lebih Agamis, saya menunggu sinyal dari Atas( baca Tuhan).

Terlepas dari apapun alasan mereka, tentunya alasan mereka untuk tetap menjadi kodok adalah demi keselamatan ekonomi mereka. Mungkin mereka berpikir” ini kan cara yang smart, mempunyai dua penghasilan. Jika ada salah satu yang bermasalah kita masih bisa aman”. Mungkin yang lain berpikir” kenapa mesti keluar jika bisa dilakukan bersama-sama?”. Apa yang mereka pikirkan itu, memang benar untuk mereka. Namun mereka lupa, tanpa mereka sadari ada orang lain yang mereka rugikan. Karena mereka merasa aman dan nyaman berusaha sambil bekerja, maka mereka merasa nyaman-nyaman saja jika kariernya tidak naik. Sehingga kerja mereka yang penting kerja. Jika posisi mereka ditempat kerja sebagai seorang manajer, maka anak buah mereka akan kehilangan kesempatan untuk menjadi manajer. Bukankah bawahan akan menjadi manajer, jika ada jabapatan mananjer yang kosong? Jika atasan tidak beranjak naik jabatannya, bagaimana anak buah bisa naik pangkat? Hal kedua yang meraka lupa adalah, jika kita focus kita akan bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih menakjubkan. Anda akan menuai dunia yang jauh lebih makur, sukses dan bahagia. Anda ingat bagaimana Thoriq bin Ziad membakar semangat tempur anak buahnya, ketika mereka tahu bahwa kekutan musuh jauh lebih banyak dan lebih lengkap persenjataanya?. Ya mereka membakar perahunya. Lalu Thoriq bin Ziad berkata” Saudara-saudara, anda sudah tahu semuanya bahwa perahu kita sudah dibakar semuanya. Dihadapan anda musuh, semntara dibelakang anda laut. Ini artinya kesempatan anda hanya satu, jika anda maju berperang ada dua keuntungan anda mati sahid atau menang dengan mulia. Tetapi jika anda mundur ke kebelakang, anda akan mati terlaknat.” Bagaimana orang yang hanya memiliki satu pilihan yang baik? Tentu mereka akan mengerahkan segenap daya upaya mereka untuk maju ke depan. Dan sejarah membuktikan Pasukan Thoriq bin Ziad. Menjadi pemenangnya. Lalu pertanyaannya kapan kita keluar dari dunia kodok? JIka usaha anda sudah melebihi penghasilan kerja anda. Jika usaha anda sudah terbukti berjalan dan terus meningkat beberapa tahun. Jika usaha anda bisa berkembang jauh lebih besar, kenapa anda tidak segera mengfokuskan diri mengembangkan usaha anda menjadi lebih besar lagi? Jika usaha anda bisa berkembang dan hanya menggunakan waktu dan tenaga tersisa, bagaimana jika anda gunakan seluruh kemampuan dan waktu anda? Bukankah akan jauh lebih besar lagi? Bukankah kinerja anda sudah teruji ditempat kerja? Kenapa anda takut meloncat? Segeralah pikirkan untk meloncat dari dunia kodok. Ambillah kendali usaha anda dengan sepenuhnya. Gunakan tenaga, pikiran, kemampuan dan waktu anda untuk mengembangkan usaha anda. Jangan terima usaha anda asal jalan. Tetapi lesatkan usaha anda dengan mengfokuskan perhatian anda untuk perkebangan usaha anda. Dari pengalaman saya, meskipun sewaktu kerja penghasilan saya cukup tinggi, ternyata hasil kerja selama 13 tahun jika dikumpulkan lalu dibandingkan dengan usaha sendiri selama 5 tahun saja ternyata sudah impas. Apa artinya ini? Saya telah melipat waktu 13 tahun hanya dengan kerja 5 tahun. Semoga bermanfaat See you at the top

Baca selengkapnya......