Inflasi Sang Perampok Misterius

Kamis, 10 Februari 2011

Bagi seorang muslim, harta merupakan amanah dari Allah kepada hambanya. Dimana nanti manusia akan ditanyakan tentang pertanggungjawabannya. Hartamu diperoleh untuk apa dan kamu belanjakan kemana. Dengan demikian menjaga harta, dari membelanjakan yang tidak benar (boros), kebakaran,,kehilangan, pencurian dan perampokan bagi seorang muslim adalah suatu keharusan. Bahkan Nabi Muhammad telah bersabda yang artinya “Barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia mati syahid” Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim.


Namun kebanyakan dari kita kesadaran menjaga harta hanya sebatas pada kehilangan secara fisik, yang disebabkan oleh pencurian, kebakaran dan perampokan. Sementara kehilangan harta yang disebabkan oleh hidup boros dan kehilangan nilai (value ) tidak seberapa diperhatikan. Memang kehilangan harta dengan mengikuti pola hidup boros dan kehilangan nilai itu kurang terasa dampaknya dan berlangsung secara berlahan. Sehingga kebanyakan orang tidak menyadari. Mereka baru tersadar setelah beberapa waktu berjalan.

Seperti kejadian yang menimpa diri saya, dulu sewaktu masih bujangan, saya merasakan bahwa gaji saya cepat habis. Kemudian untuk menghentikan ini, Saya berniat investasi. Namun sayang cara investasi saya salah. Saya hanya ikut-ikutan teman sekerja yang tidak tahu tentang investasi. Teman-teman saya membeli rumah, lalu saya ikut-ikutan membeli rumah. Ketika itu rumah type 36/108 harganya Rp. 20 juta. Lebih mahal sedikit dari harga mobil Daihatsu Espass (Rp.18juta). Rumah itu belum saya tempati sampai sekarang.. Namun kini apa yang terjadi, ketika rumah itu akan dijual alih-alih bisa kembali modal, yang tentunya senilai mobil Daihatsu Espass. Tetapi pernah ada yang nawar hanya senile motor Honda butut alias senilai Rp 5 juta. Kemudian ada yang terakhir yang mau Rp 25 Juta tetapi dibayar secara cicil.

Jika diperhatikan investasi atau harta saya tersebut betapa besar kerugian yang saya derita. Tanpa terasa saya telah dirampok. Lalu siapa yang merampoknya. Inflasi. Ya. Inflasi. Inflasi adalah semacam makhluk halus yang direstui pemerintah akan merampok harta anda. Akankah harta anda dibiarkan dirampok oleh makhluk Inflasi tersebut?. Anda sudah bekerja keras, kemudian dengan terpaksa menyisihkan sebagian penghasilan anda, namun akhirnya ludes digerogoti oleh inflasi. Akahkah anda menyerah tidak berdaya menghadapi makhluk inflasi tersebut?

Jangan. Rasanya terlalu sayang dan naïf jika anda membiarkan harta anda ludes begitu saja. Anda harus menjaganya agar inflasi tersebut tidak menggerogoti uang atau harta anda. Lalu bagaimana caranya.

Jika anda mampu putarlah harta anda, untuk berdagang atau bercocok tanam. Jika anda tidak mampu investasikan ke tempat yang mendapatkan bagi hasil yang lebih tinggi dari inlfasi. Jika anda belum menemukan juga. Ada cara yang sangat mudah untuk mempertahankan nilai kekayaan anda. Yaitu belilah emas batangan atau dinar. Ya rupakan tabungan anda dalam bentuk emas. Kenapa demikian? Karena telah terbukti nilai emas tidak termakan oleh inflasi. Sejak jaman Nabi Muhammad, nilai seekor kambing adalah 1 dinar. Dan sekarangpun tetap satu dinar. Karena I dinar sekarang nilainya adalah Rp. 1,6 Juta. Andaikan saja uang Rp 20 juta yang saya belikan rumah diatas saya belikan emas, maka waktu itu akan mendapatkan 869 Gram (Rp.23.000/gram) Emas 24 karat. Jika emas tersebut dijual pada saat sekarang maka akan bernilai Rp. 338.910.000,-. Dengan uang tersebut saya bisa membeli Nissan Xtrail terbaru. Daihatsu Espass ditukar dengan Nissan Xtrail terbaru, anda mau?

Yang lebih menyenangkan lagi, jika anda menyimpan harta anda dalam bentuk emas, anda akan mampu mengerem sikap boros. Bagaimana bisa?. Jika anda menyimpan dalam betuk emas anda akan sayang untuk menjualnya kembali, Kenapa?. Karena ketika harga emas sedang turun, anda bilang ah sayang dijual harga sedang turun, rugi dong. Begitu juga ketika harga emas naik, Ah sayang bagaimana nanti kalau menanjak tinggi terus. Rugi dong.

So mulai sekarang, jadilah orang yang cerdas. Lindungi kekayaan anda yang didapatkan dengan susah payah. Jangan biarkan makhluk inlfasi menggerogoti harta anda.

Semoga bermanfaat.
See you at the top

Baca selengkapnya......

Gaji Tetap

Rabu, 09 Februari 2011

Dulu ketika masih duduk di bangku kuliah, salah satu keinginan saya adalah mempunyai istri pegawai negeri. Kemudian saya akan bekerja di perusahaan swasta dengan harapan mendapat gaji besar. Karena itu saya tidak mau melamar menjadi dosen di Almamaterku. Meskipun nilai saya lebih dari cukup sebagai syarat menjadi dosen. Karena saya piker menjadi pegawai negeri gajinya kecil.

Alhamdulillah, cita-cita itu dapat tercapai, saya bekerja di perusahaan swasta dan mempunyai istri pegawai negeri. Namun setelah 3 tahun menjadi pegawai swasta dan menerima gaji tetap yang cukup lumayan, hati saya agak terusik setelah mendengar pendapatan teman saya dibagian sales penghasilannya 2-4 x dari gaji saya. Sementara disisi lain saya mendengar gaji saya sudah terbesar diperusahaan itu. Gaji saya melampaui gaji manajer keuangan yang lebih lama bekerja.


Kemudian hati saya berbisik, apa mungkin tahun depan gaji saya bisa naik? Jika naik berapa persen?. Akankah saya akan mendapatkan gaji semacam ini? Gaji naik seiring bertambahnya waktu. Lalu sampai seberapa besar perusahaan mampu membayar saya? Dalam keresahan demikian, muncul ide, “Kenapa saya tidak menjadi sales saja. Sales digaji berdasarkan komisi. Jika saya berjualan banyak maka komisi saya besar. Jadi saya bisa mendapatkan penghasilan seberapa besar yang saya mampu.?”

Karena waktu itu saya belum keluarga, maka saya beranikan diri untuk pindah dibagian sales dengan resiko gaji saya hanya tinggal 1/8 saja. Namun setelah beberapa bulan menjadi sales penghasilan saya sudah menyamai dengan gaji ketika menjadi manager produksi. Kemudian setelah lebih dari 2 tahun bisa mencapai 2- 3 lipat dari gaji manager produksi.Andaikan saja saya tetap menjadi manager produksi apa mungkin gaji saya bisa mencapai 2-3 x lipat setelah 2 tahun kemudian. Rasanya mustahil.

Gaji tetap. Memang tidak ada salahnya mendapatkan gaji tetap, kecuali jika hal itu menghambat kemampuan anda untuk menghasilkan yang lebih besar dari yang anda bisa. Betapa banyak diantara kita yang dengan rela maupun terpaksa menerima gaji dibawah kemampuannya. Mereka rela tidak naik pangkat. Karena atasannya tidak naik pangkat atau pindah tempat.Mereka rela naik gaji hanya berdasarkan kenaikan inflasi. Sehingga walaupun faktanya gajinya bertambah tetapi daya belinya tetap tidak berubah.

Lalu siapa yang salah dalam hal ini? Ya tentu mereka sendiri. Karena hidup ini adalah pilihan.Orang-orang yang bermental miskin lebih suka dibayar berdasarkan upah tetap atau upah per jam. Mereka menginginkan keamanan dan kenyamanan. Dengan upah tetap mereka anggap hidupnya tidak diliputi oleh teka-teki. Dengan gaji tetap meresa akan lebih mudah mengatur.

Ya memang benar. Dengan gaji tetap anda tidak perlu dihantui oleh hari esuk saya apak mendapat uang atau tidak . Selama anda masuk kerja anda akan mendapatkan uang. Namun resikonya anda akan terasa datar dan monoton. Anda tidak akan pernah mendapatkan kejutan-kejutan yang membuat hidup anda lebih bergairah dan menantang. Anda tidak akan pernah merasakan sebagai orang yang kalah tak berdaya. Sehingga anda harus bersimpuh menghiba kepada Allah swt. Anda juga tidak perenah merasakan indahnya menjadi seorang pemenang yang mendapatkan hadiah sangat besar. Sehingga anda bisa merasa bangga dan berucap” Oooh ternyata orang yang berada (ketika bercermin)didepan saya ini adalah orang yang hebat”

Sementara orang yang bermental kaya lebih suka bekerja berdasarkan apa yang mereka hasilkan. Orang demikianlah yang hidupnya dinamis dan penuh semangat. Memang suatu saat barangkali mereka akan jatuh tersungkur dan menghiba kesakitan. Namun itulah indahnya dunia. Anda akan merasakan kenikmatan dan kebanggan yang luar biasa ketika anda dapat mencapai kejayaan setelah keterpurukan.

Anda pilih mana. Hidup yang dinamis. Penuh dengan kenangan yang indah atau monoton begitu saja. Semuanya terserah pada anda.

Semoga bermanfaat
See you at the top

Baca selengkapnya......

Takut Kaya

Selasa, 08 Februari 2011

Aha, barang kali ketika anda membaca judul tulisan ini, kening anda mengkerut. “Takut kaya. Ah mana ada orang takut kaya” gumam anda dalam hati. Percaya atau tidak begitulah kenyataanya. Ternyata ada banyak orang yang takut kaya. Sebagian orang mungkin menyadari dan mengakuinya dan sebagian yang lain tidak menyadarinya. Bisa jadi anda adalah termasuk orang yang takut kaya tetapi tidak menyadarinya.

Saya juga, masih mempunyai sedikit rasa takut kaya. Misalnya ketika saya harus membayar pajak penghasilan. Bayangkan 35% penghasilan kita harus dikeluarkan u tuk membayar pajak penghasilan. Belum lagi jika kita mau membeli sesuatu juga masih dikenakan pajak lagi. Seandainya penghasilan saya setahun 1 M, berepa besar pajak yang harus saya bayarkan. Apalagi jika penghasilan saya sampai 5 M. Kemudian uangnya dikorup oleh gayus-gayus lain. Enak saja, kita yang kerja keras membantung tulang, orang semacam gayus, dan anggota DPR yang brengsek mita naik gaji.


Persaan semacam ini menandakan kita masih dihinggapi rasa takut kaya. Masalahnya jika ketakutan ini mengendap dalam hati atau alam bawah sadar kita, tentunya akan sangat menghambat perkembangan kemajuan kita.

Lalu bagaiamana sebaiknya? Jika anda ingin benar-benar kaya, anda mesti menghilangkan rasa takut kaya tersebut. minimal anda bisa menekannya sehingga perasaan tersebut tidak menghambat kemajuan anda. Lantas bagaimana caranya?Tumbuhkan dan tanamkan dalam hati bahwa akan lebih baik jika anda mampu membayar pajak 1 M dari pada anda hanya membayar pajak 1 juta saja. Logikanya anda memilih mana, jika anda di beri uang 5 M lalu yang 1 M diminta orang atau anda diberi uang 10 juta dan yang 1 juta dikasihkan orang?. Bukankan anda akan memilih yang 5 M.

Bagaimanapun uang yang anda terima masih lebih banyak dari apa yang anda keluarkan. Bagaimanapun anda akan lebih enak mengurus banyak uang dari pada sedikit uang.

Lalu kenapa mesti pusing dan takut? Bukankah memang sudah menjadi hokum alam jika yang masuk besar yang keluar juga besar?. Jika tidak tentu akan meledak, bukan?

So jangan takut kaya, mari kita berusaha untuk menghilangkannya dari alam bawah sadar kita. Takut kayak karena takut kehilangan. Sehingga mereka pikir akan lebih baik tidak punya apa-apa sehingga tidak akan kehilangan. Dari pada punya lalu hilang.

Ah yang bener saja?!

Semoga bermanfaat.
See you and the top



Baca selengkapnya......