Setiap orang tidak pernah terlepas dari suatu masalah, baik masalah pribadi, keluarga dan bisnis yang sedang digelutinya baik itu masalah yang menyenangkan maupun masalah yang menyedihkan. Aha ada masalah yang menyenangkan mau dong?. Ya benar, memang masalah itu bukan hanya sesuatu yang mendatangkan kesedihan, penderitaan dan kekecewaan saja. Sesuatu yang menyenangkanpun, sebenarnya juga suatu masalah. Namun kebanyakan kita kesenangan dan kegembiraan bukan merupakan suatu masalah. sehingga banyak orang yang tertipu.
Walaupun masalah tidak pernah lepas dari kehidupan,namun nyatanya ada sebagaian orang yang sukses dan terus berkembang, hingga jauh melampau orang lain. Dilain pihak ada orang yang tetap berada ditempatkan, seakan semua masalah tertimpa kepadanya. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena mereka berbeda dalam menyikapi dan menyelesaikan setiap masalah yang datang.
Orang yang sukses melihat masalah sesuai dengan proporsinya dan melihatnya sebagai tantangan. Sikap demikian membuat masalah bukan sebagai beban sehingga membuat hidup tidak bergairah dan menderita. Tetapi sebaliknya masalah dianggapnya sebagai tantangan yang menjadikan hidup penuh gaerah dan bersemangat. Masalah memberikan gaerah dan memacu untuk terus berusaha lebih baik agar masalah yang serupa tidak terulang kembali
Orang gagal ada yang tidak bisa melihat masalah sebagai masalah. sehingga mereka terlena dan tertipu. Hidup mereka datar-datar saja. Saya mempunyai teman yang mempunyai istri bekerja di daerah lain. Sehingga dia sering berpisah dengan keluarganya. Saya pernah menasehatinya alangkah indahnya jika keluarga bisa kumpul setiap hari. Lalu saya memberikan pandangan dan solusi. Namun saya menangkap keterpisahanya dengan keluarga seakan tidak menjadi masalah. Mungkin karena dia telah lama mengalami hal demikian sehingga tidak dianggapnya sebagi masalah. Atau barangkali mereka mempunyai alasan lain yang menurutnya lebih baik. Disinilah letak perbedaannya, dia menganngap keterpisahannya dengan keluarga dianggap bukan suatu masalah.
Saya sendiri juga pernah mengalami nasib serupa. Istri di Malang Jawa Timur, sebagai dosen sebuah PTN, sementara saya di Bekasi. Hampi 8 tahun kami bergantian mondar-mandir Bekasi- Malang. Hari demi hari kami jalani dengan berat hati. Ini harus segera diselesaikan dan diakhiri, jika tidak hidupku tidak bisa tenang dan tidak bisa beranjak ke kehidupan yang lebih berdaya guna. Karena hari demi hari yang dipikirkan kapan pergi ke Malang.
Kemudian saya berpikir, apa sebenarnya yang kamu cari? Rasa aman di hari tua, status pegawai negeri, atau apa? Padahal jika dihitung gaji yang diterima tidak cukup untuk mondar-mandir Bekasi Jakarta. Belum lagi resiko di jalanan. Akhirnya kami memutuskan harus sesegera mungkin mengakhiri masalah ini. Istri harus keluar kerja. Insya Allah, niat yang baik akan diridhoi Allah.
Walaupun agak berat hati dan diikuti oleh kekecewaan orang tua kami harus memilih, istri harus keluar. Tidak bisa menunggu lagi. Alhamdulillah setelah istri keluar dan tinggal bersama-sama, keseriusan menekuni usaha bertambah besar. Sehingga usaha kami terus tumbuh dan berkembang.
Sebagian lain melihat masalah tidak sesuai dengan proporsinya, kadang mereka menyepelekan atau mengecilkan suatu masalah atau sebaliknya memandang masalah kecil menjadi besar. Sikap demikian akan mempersulit kehidupan. Hidup terasa penuh dengan berbagai masalah. Satu masalah belum selesai masalah yang lain udah menghadang. Kenapa bisa demikian karena mereka salah didalam memandang masalah. Sesuatu yang bukan masalah dijadikan masalah sedang sesuatu yang bermasalah dianggapnya bukan masalah. Sehingga menimbulkan masalah baru.
Sebagai contoh, seorang pengusaha kuliner usahanya kembang kempis. Dia melihat, kenapa usahanya tidak berjalan dengan baik adalah karena kurangnya modal. Dia berpikir jika seandainya ada modal maka, dia akan mengembangkan usahanya, akan menambah menu dan lain sebagainya.
Padahal menurut saya, masalah yang sebenarnya dan lebih penting adalah kepribadiannya , keterampilannya dalam berkomunikasi yang masih kurang dan pandangan yang salah tentang kedudukan modal uang dalam berwirausaha. Namun dia tidak melihat masalah itu. Dia berpikir dirinya sudah sempurna, keterampilannya sudah cukup.
Cara pandang yang salah terhadap masalah adalah suatu yang dapat terjadi kepada siapa saja. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh setiap orang. Untuk meminimalisir cara pandang yang salah terhadap masalah yang datang, perlu adanya sikap rendah hati, meminta saran kepada orang lain yang lebih berhasil dan mempunyai pengalaman yang mendekati dengan masalah yang sedang dihadapi. Kemudian jika saran tersebut dirasa masuk akal dan lebih praktis, maka dengan senang hati dijalankannya.
Cara diatas akan membuat anda terhindar dari kesalahan dalam memandang masalah dan menyelesaikan masalah. Jika banyak masalah dapat diselesaikan dengan baik, maka kesuksesan yang besar akan segera anda raih. Karena hakekat kesuksesan anda adalah anda dapat terlepas dengan cara yang baik dari setiap masalah yang anda hadapi. Semakin cepat anda menyelesaikan masalah, akan semakin banyak masalah yang dapat anda selesaikan. Akhirnya kesuksesan besar akan dapat anda raih.
Jika demikian , kenapa takut dan jengkel jika ada masalah datang? Padahal itu merupakan sinyal anda akan diangkat ke derajat atau kesuksesan yang lebih tinggi. Kenapa tidak justru anda secara terus menerus mencari masalah lalu diselesaikannya.
Sambut masalah anda dengan suka cita lalu selesaikan dengan penuh kesungguhan. Lihat hasilnya, tanpa anda sadari anda akan terangkat kederajat yang lebih tinggi. Anda akan menjadi lebih kuat, lebih terampil, lebih peduli dan tentu lebih mulia dan bermakna.
Semoga bermanfaat.
See you at the top
2 comments:
Luar Biasa Pak...saya juga pernah mengalami 4 tahun terpisah jarak dengan anak dan isteri. Saya di Jakarta Isteri di Jogja...Alhamdulillahi saya di karuniai fisik yang masih kuat mondar mandir seminggu sekali pulang...tapi ternyata mental tidak sekuat fisik dan akhirnya menyerah juga...Alhamdulillahi saat ini kami sudah berkumpul di satu kota...suka duka dijalani bersama hati lebih damai...terima kasih Pak sahring yang bermanfaat :)
Kita sering membuang waktu dengan sia-sia. mungkin alasan kita tepat, menurut kita. Namun jika nanti kita ditanya "Waktu mudamu kamu pakai untuk apa?". seminggu sekali pulang pergi Jogja-Jakarta. Berapa banyak waktu yang terbuang dengan percuma, jika kita tidak memanfaatkannya dalam perjalanan. lalu jika cara kita mendapatkan tiketnya dengan cara yang salah. wwaow?! bagaimana kita mempertanggungjawabkannya?.
Posting Komentar