Setelah menghadiri seminar di ITB Bandung, saya menyempatkan diri bertemu dengan teman-teman di Bandung. Pertama saya bertemu dengan seorang teman yang bergerak dibidang yang sama dengan saya, yaitu heater dan Thermocouple. Dan yang kedua bertemu dengan seorang pengusaha kuliner.
Saya terkejut akan pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh teman saya yang bergerak dibidang heater dan thermocouple ini. Bagaimana tidak, ternyata kini usahanya berkembang sangat cepat. Pada tahun yang lalu beliau hanya mempunyai 4 kios, namun kini sudah mempunyai 9 kios. Yang lebih menakjubkan lagi, usahanya kini lebih bervariasi, dulu hanya dibidang pemanas namun kini merambah dibidang electrical dan slang hidrolik.
Namun teman yang bergerak dibidang kuliner ini belum ada perubahan yang signifikan dari tahun yang lalu. Maka sepulang mengunjungi teman yang bergerak dibidang pemenas tersebut, saya mengajak teman yang bergerak dibidang kuliner untuk berdiskusi di Hotel Wisma Dago, tempat pilihan anak saya untuk menginap.
“Mas, kesan apa yang anda peroleh ketika mengunjungi mas Andi” tanyaku membuka pembicaraan.
“ Luar biasa ya. Dulu waktu kita bertemu dengan dia, tidak seperti ini. Namun kini berkembangannya sangat pesat”
“Itulah mas, salah satu manfaat silaturahmi. Kita bisa belajar dari teman yang kita kunjungi. Maka saya sangat senang sekali melakukan hal seperti ini. Karena dengan bersilaturahmi kita dapat melakukan koreksi diri seberapa cepat langkah yang kita perbuat. Jika kita berjalan sendiri kita tidak tahu, seberapa cepat langkah kita. Namun jika kita berjalan bersama orang lain kita akan mengetahui apakah kita berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Jadi cara ini dapat kita gunakan sebagai tolok ukur langkah kita”
“wah benar-benar”
“Coba mas renungkan usaha mas sekarang ini, apakah berjalan ditempat atau sudah berkembang. Jika sudah berkembang coba bandingkan perkembangannya dengan perkebangan mas Andi. Bukannya saya mengajak untuk tidak mensyukuri apa yang telah kita terima selama ini. Namun saya ingin mengajak untuk lebih mengoreksi diri, apakah kita telah bekerja dengan optimal. Apakah waktu , tenaga dan kemampuan yang diberikan Allah telah kita manfaatkan dengan lebih optimal”
Ketika saya menyaksikan perkembangan usaha mas Andi, pikiran saya menjadi terbuka dan ketakatuan saya menjadi lebih berkurang. Selama ini saya mengalami kesulitan untuk mengembangkan usaha saya. Penyebab lambatnya perkembangan usaha saya, karena masih besarnya takut gagal yang masih saya miliki. Sehingga saya takut melangkah. Ternyata walaupun saya telah berusaha lebih dari tujuh tahun, rasa takut gagal belum enyah dari dari saya. Karena itulah saya sering mengatakan, sayapun punya masalah. jadi kita sama sama punya masalah.
Mungkin yang harus dilakukan bukan menghilangkan rasa takut gagal, namun memindahkan persaan takut itu dengan spirit yang berbeda. Misalnya perasaan takut gagal digunakan untuk mempersiapkan diri baik mental dan kemampuan sehingga meminimalisir kegagalan. Bukan sebaliknya perasaan takut gagal digunakan untuk menghindari melakukan apa yang ditakuti.
Semoga bermanfaat.
See you in the top.
0 comments:
Posting Komentar