Suatu ketika saya terlibat diskusi, tentang poligami. Kebetulan salah satu dari peserta diskusi adalah orang yang pernah melakukan poligami namun gagal. Kini beliau,sebutlah namanya mas Oki, tinggal memiliki 1 orang istri yang sebelumnya mempunyai 3 istri.
Diskusi diawali dengan cerita mas Oki tentang pengalaman dirinya, kenapa melakukan poligami. “ Mungkin saya ini , seperti pepapatah yang menyatakan , ‘buah jatuh tidak jauh dari pohonnya’ Disamping itu karena kondisi dan lingkungannya sangat mendukung. Anda tahu, saya orang Makasar, ekonomi saya lebih dari cukup dan tinggal di Bandung dengan lingkungan yang dingin dan wanitanya sangat ramah dan cantik-cantik “. Kata mas Oki.
“oh , jadi mas Oki menyalahkan lingkungan dan keturunan?” kataku menimpali.
“ini gen mas ini gen.” jawab mas oki dengan mimik yang lucu.
“Saudara mas Oki berapa? Lalu yang melakukan poligami berapa?” kataku.
“Saya 8 bersaudara, tetapi yang mengikuti jejak ayah, hanya 2 orang.” Jawab mas Oki.
“ Iya, mas, sebagai laki-laki apalagi yang sudah mapan, memang kadang cukup repot. Awalnya mungkin kita tidak niat. Namun karena keuangan kita cukup baik, akan banyak orang yang mendekat. Ini yang kadang sulit menghindarinya. Godaan dari dalam barangkali bisa diredam, namun godaan dari luar” Sambung mas Yanto.
“ Ya saya memahmi kondisi ini. apalagi di jaman sekarang ini. Aurot Wanita semakin terbuka. Dan lagi, mereka tampak ramah dan agresif. Namun mas, jika hidup kita dikendalikan oleh lingkungan ini sangat berbahaya. Iya kalau lingkungan yang ada bagus, jika tidak?. Menurut saya hidup ini harus mempunyai prinsip. Walaupun itu teman baik, atau istri kita sekalipun jika apa yang mereka inginkan tidak sesuai dengan prinsip kita, kita harus berani menolaknya. Memang ini kedengarannya ektrim. Tetapi begitulah jika kita ingin selamat dan sukses. Lagian, sebenarnya burung yang warna bulunya tidak sama tidak akan mungkin akan selalu bersama-sama. Jadi walaupun sedikit kita pasti mempunyai kesamaan entah itu sikap atau prinsip dengan orang tersebut jika kita bisa berteman akrab denganya.” Jawabku.
Diskusi terus berlanjut dan rupanya semakin seru. Namun saya potong cukup disini, karena inti dari diskusi itu sudah kita dapatkan. Menurut saya, apa yang terjadi pada diri kita, kita tidak bisa menyalahkan orang lain. Kita tidak boleh menyalahkan orang tua kita, istri atau anak kita, lingkungan kita, pendidikan kita dan sebagainya. Semua yang terjadi pada diri kita adalah tanggung-jawab kita sendiri. Hal ini dibenarkan oleh Islam, anda tidak bisa menyalahkan orang lain jika anda berbuat salah. Dosa yang dilakukan akan kita pikul sendiri, meskipun kita berdalih kita melakukannya karena dorongan orang lain.
Sebagai seorang wira usahawan berpegang teguh terhadap prinsip yang benar itu sangat penting, jika tidak anda akan tertipu dan terpedaya oleh gemerlapnya dunia. Anda akan mudah terbawa oleh arus materialisme, hidup serba wah dan terjebak pada pergaulan bebas. Anda akan terjebak pada sikap menghalalkan segala cara demi keberlangsungan bisnis dan usaha anda.
Jika ini sudah terjadi, bisnis yang anda lakukan akan mendatangkan petaka. Apa artinya anda begelimang uang jika rumahtangga anda berantakan? Saya mempunyai seorang teman, yang telah membuka usaha kurang lebih 2 tahun. Orangnya sangat bersemangat dan energik, bicaranya ceplas-ceplos. Maklum dia orang Surabaya. Awal perkenalan dengannya dia mengendarai mobil jelek. Namun dalam tempo 1 tahun dia sudah berganti mobil Inova yang baru. Waktu itu saya sempat menasehati” Mas, dalam bisnis harus hati-hati. Hindarkan sekuat tenaga dari cara-cara yang tidak diridhoi Allah. Lambat tapi selamat itu lebih baik dari pada cepat akhirnya jatuh. Uang yang halal akan membawa keberkahan, nilainya sedikit tapi manfaatnya banyak. Sementara uang haram walau benyak tapi menfaatnya kecil”
Setelah hampir satu tahun tidak bertemu, sebulan yang lalu dia menelpon saya dengan nada yang lemah dan menghiba. “ Mas aku jatuh. Mungkin aku sedang disentil Allah. Keluargaku berantakan dan semua yang kumiliki ludis. Istri pertamaku minta cerai. Sekarang aku mengasingkan diri dari kejaran istri kedua. Tolong jika ada yang tanya no. teleponku jangan diberkan ya?!”.
Begitulah kehidupan, kesulitan atau kemudahan yang ada di dunia ini semuanya adalah ujian. Mari kita memohon kepada Allah mudah-mudahan kita senantiasa dituntun menuju kejalanya, diberikan kekuatan dan kemudahan untuk bisa menjalankan perintahnya dan meninggalkan segala larangannnya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita di masa mendatang. Kita hanya bisa berupaya dan berdoa, semoga Allah menghindarkan kita dari murkaNYa baik di dunia maupun di akhirat. Amin.
Semoga bermanfaat
See you at the top
Burung yang warna bulunya sama akan terbang bersama-sama
Posted by Unknown at 10.25
Labels: bisnis, pesantren wirausaha, poligami
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar