Alhamdulillah, saya diberi kesempatan untuk hadir di CEO Business Forum, yang diadakan oleh Jababeka Industrial Estate. Tema yang diangkat pada seminar kali ini adalah “ Indonesian Automotive Industry : Trends and Business Opportunities Facing Global Market Year 2010”. Adapum Keynote Speakerr kali ini tidak tanggung-tanggung, yaitu Bp. Gunadi Sindhuwinata, Chairman of AISI dan Bp. Dyonisius Beti. President Director PT Yamaha Motor Kencana Indonesia.
Saya datang agak terlambat 20 menit dari jadwal acara, namun acara belum dimulai. Walaupun para undangan yang terdiri dari para pemimpin dan pemilik perusahaan di Jababeka, namun ketika saya masuk ada sesuatu yang agak aneh. Jajaran kursi depan masih kosong, belum terisi sama sekali. Kejadian ini saya anggap aneh, kenapa sebuah forum yang terdiri dari para pemimpin perusahaan, namun mereka masih merasa ‘malu’ untuk duduk yang paling depan.
Karena mengerti keutamaan duduk di shof paling depan ketika solat, saya memberanikan diri untuk duduk dikursi terdepan. Sambil mengajak teman saya yang sudah duluan datang”Mas, anda kan sering sholat berjamaah. Anda tahukan jika duduk dibarisan terdepan itu dapat bonus unta?” kataku sambil tersenyum padanya. “Yuk kita isi kursi terdepan dulu”. Walaupun agak terpaksa mas Teguh akhirnya mau duduk di barisan terdepan. Menurut hemat saya, Islam bukan hanya ingin menganjurkan umatnya berlomba-lomba mengisi shof terdepAN ketika sholat. Namun dibalik itu ada hikmah yang terkandung, menjadi orang Islam hendaknya berusaha selalu menjadi pioner, terdepan dan berprestasi. Keutamaan diibadah mestinya juga diwujudkan dalam bermasyarakat.
Ada banyak ilmu yang dapat saya ambil dari pertemuan ini, diantaranya adalah strategi yang diterapkan Yamaha motor sehingga menjadi yang sekarang ini. untuk mendapatkan posisi yang sekarang ini ( Market share Yamaha bersaing ketat dengan Honda) Yamaha mengusung istilah “Kando” yang dapat diartikan secara bebas menjadi “ Semakin didepan”. Moto ini dijadikan motivasi di internal karyawan dan dijadikan tautan emosi antara customer dan Yamaha. Artinya pengendara motor Yamaha, diharapkan mendapatkan kepercayaan diri bahwa hari ini mesti lebih baik dari hari kemarin.
Kemudian didalam beriklan Yamaha menyentuh dan menggarap keseluruh lapisan masyarakat, dari para siswa SMA, para pemuda dan karyawan, dan para ibu. Yamaha juga masuk di komunitas-komunitas kemasyarakatan, bahkan juga ke pengajian umum. Maka tidak heran bila strategi ini mampu memberikan pertumbuhan omset hingga 80%.
Disamping itu Yamaha juga menerapkan strategi profit oriented not market share, artinya Yamaha tidak sembarangan dalam melepas produknya. Yamaha menetapkan uang muka yang lebih tinggi dibanding produk pesaing. Strategi ini berhasil memilah customer dan dapat membuat pertumbuhan yang signifikan ketika krisis melanda, sementara pabrikan motor yang lain terseok-seok disebabkan kredit macet, karena customer tidak bisa melanjutkan cicilannya.
Sementara itu pak Gunadi, menyoroti masalah peluang yang masih tetap terbuka di bisnis otomotip. Menurut pak Gun, rasio kepemilikan motor saat ini baru 8 : 1, artinya 8 orang punya 1 motor, sementara di Malaysia 3 : 1. Di era pasar bebas ini pak Gun tidak merasa kawatir bersaing dengan China. “ Di era pasar bebas ini, saya tidak mengkawatirkan arus barang, namun saya mengkawatirkan arus manusia.” Kata beliau. Pak Gun merasa prihatin dengan kompetensi dan rasa tanggungjawab yang dimiliki para pekerja Indonesia.” Jika tidak segera diperbaiki saya kawatir, kita bisa import office boy” lanjut beliau.
Semoga bermanfaat
See you at the top
CEO Business Forum
Posted by Unknown at 23.19
Labels: CEO business Forum, Dyonisius Beti, Gunadi Shinduwinata, jababeka, Yamaha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar