Ketika saya masih kecil, rasa-rasanya belum pernah mendapatkan petuah bahwa senyum itu sedekah. Namun petuah yang masih saya ingat sampai sekarang adalah “Diam itu emas. Bicaralah seperlunya saja. Jika tidak bisa berkata baik lebih baik diam”. Petuah ini sangat membekas di sanubari saya. Karena itu saya menjadi pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Sikap ini klop dengan kemaun saya untuk menggapai cita-cita, yaitu Kuliah.
Hingga suatu saat, ketika duduk di bangku Madrasah Aliyah, saya mendapatkan omongan yang jelek, dari seorang teman. “Lif, saya akui kamu itu pintar, namun sayang kamu angkuh”. Mendengar komentar demikian, hati saya seakan menangis. “Angkuh? Apa yang saya angkuhin. Saya anaknya orang miskin. Apa yang dapat saya banggakan. Kepintaran saya. Oh tidak sama sekali tidak. Saya tidak merasa pintar dan bangga walaupun nilai saya seluruhnya 10. Apalah artinya nilai 10 itu, bagi seorang yang sekolah di Madrasah. Tentu bisa jadi nilai kimia 10 yang akau peroleh di Madrasah ini, sebenarnya hanya 6 jika dibandingkan dengan di SMA. Saya tidak bangga sebelum dapat masuk di Perguruan Tinggi Negri yang Favorit”.
Saya benar-benar tidak bisa melupakah sindiran itu. Lalu saya mulai mawas diri, kenapa teman saya sampai berkata demikian. “ Mungkin karena saya pendiam, dan tidak mau bergaul dengan mereka, sehingga dikatakan angkuh” “ Tetapi sebenarnya saya juga butuh teman. Bukan aku yang angkuh tetapi kalian” hatiku terus berkecamuk. Hingga suatu saat saya membaca sebuah buku yang intinya agar saya memulai menyapa orang lebih dahulu. saya tidak bulah menunggu sapaan orang, tetapi saya harus menyapa lebih dahulu.
Alhamdulillah, setelah menerapkan saran diatas, sifat pendiam saya agak sedikit terkekis. Namun tidak bisa hilang sama sekali. Apalagi jika di rumah sikap pendiamku seakan tidak berkurang. Sehingga sering kali istri menyindir “ Hanyo apa bedanya bapak dengan Fawwaz ( anak ke empat saya yang baru berumur 1,7 tahun yang kata orang wajahnya hingga hidungnya mirip dengan ku. Bahkan kesukaannya pun hamper sama, suka sayuran, musik dam senang dipijitin).”
Lalu istri saya menjawab sendiri” kalau Fawwaz murah seyum sedang, Bapak pelit senyum?!.”
Senyum. Suatu pekerjaan yang sebenarnya mudah namun, terkadang sulit untuk melalukannya. Mendengar sindirin sang istri, pikiran saya jadi terusik. “ Masak saya pelit tersenyum. Padahal ada orang lain yang mengatakan saya ini ramah dan murah senyum lo”. Oh selidik punya selidik ternyata saya bisa bercanda, tersenyum dengan orang lain namun terhadap istri sangat terbatas. Memang tabiat saya tidak mau membebani istri dengan masalah-masalah baik itu masalah kantor atau masalah lainnya. Sehingga saya tidak bisa berbicara banyak dengan istri. Karena itu saya sedikit bicara dan jarang tersenyum baik dengan istri maupun anak-anak.
Untuk melatih dan membiasakan tersenyum ternyata tidak mudah. Apalagi seperti saya yang berkarakter pendiam. Namun dengan kesadaran dan tekat yang teguh, saya mulai merasakan hasilnya. Saya menjadi lebih mudah tersenyum.
Latihan yang sering saya lakukan adalah dengan tersenyum sendiri dan berusaha menapilkan senyum yang setulus mungkin ketika sedang mandi. Karena kamar madi saya ada cerminnya, maka saya bisa melihat wajah saya yang berseri-seri ketika tersenyum.
Ternyata, selain saya lebih mudah tersenyum, latihan tersenyum ketika mandi di pagi hari, membawa keceriaan dan menambah semangat hidup. Dan tahukah anda ternyata setelah saya amati, senyuman juga mendatangkan senyuman. Senyuman yang tulus bila diikuti dengan jabat tangan yang bersahabat, bisa mendatangkan order sangat besar.
Tidak percaya, coba buktikan sendiri. Saya telah membuktikannya, ternyata senyum bukan hanya sedekah saja, tetapi senyum bisa menjadi senjata ampuh bagi seorang marketer atau sales untuk mendapat simpati customernya.
Jika simpati sudah anda raih bukahkah sekarang tinggal menunggu datangnya order?
Tersenyumlah maka dunia akan tersenyum padamu. Tersenyumlah maka energi postip akan menghampirimu. awali harimu dengan tersenyum, maka hidupmu akan jauh lebih bersemangat.
Salam senyum,
Semoga bermanfaat,
See you at the top.
0 comments:
Posting Komentar