Seusai mengikuti acara CEO Business Forum, yang diadakan oleh Jababeka Industrial Estate, di President Excutive Club Jababeka saya bertemu dengan salah seorang teman yang bergerak dalam bidang machining. “Gimana kabarnya mas, sehat ?” tanyaku memulai pembicaraan. “alhamdulillah, Selalu sehat”, jawab mas Deni.
“Gimana mengenai bisnis, lancarkan?”
“Alhamdulillah, sudah menunjukkan trend naik. Jika otomotip naik, kami ikut naik. Karena pasar kami kebanyakan otomotip”.
“ Gimana omzet tahun 2009 dibandingkan tahun 2008”, kataku ingin tahu. Sudah menjadi kebiasaan saya, jika bertemu dengan teman pengusaha selalu menanyakan omzet. Ini saya lalukan, sebagai motivasi untuk terus berkembang. Saya termasuk orang yang mengagumi mas Deni. Orangnya masih muda, 32 tahun, tetapi sudah mempunyai usaha dengan omset 10 milyar per tahun. Padahal beliau merintis dari nol. Dan usaha yang beliau geluti termasuk usaha yang padat modal.
Memang mas Deni termasuk orang yang mampu menunda menikmati apa yang beliau miliki. Beliau juga termasuk orang yang mampu memegang prinsip. Pernah beliau menolak order sebesar 350 juta, gara-gara bagian pembeliannya minta komisi. Walaupun menjadi pengusaha yang sibuk, beliau tetap menyempatkan diri untuk sholat berjamaah di masjid. Soal sedekah apalagi, beliau sangat dermawan. Saya pernah menyaksikan beliau menyumbang 20 juta untuk pembangunan Masjid.
“omzet 2009 memang turun dibandingkan tahun 2008, namun profitnya tetap naik” jawab mas Deni membuyarkan lamunanku.
“Hah, Omzet turun, profit naik?. Kok bisa ya?” kataku terheran-heran.
“ Kami memang selalu berusaha bersaing dengan diri sendiri. Kami ingin perusahaan kami terus naik kelas. Ketika diawal pendiriannya kami berusaha seperti apa yang dilikukan pengusaha machining lain. Menjadi tukang Bubut. Namun kami merasakan jika tetap bertahan di area ini kami akan mendapatkan saingan yang ketat. Karena area ini tidak membutuhkan pengetahuan yang tinggi dan modal yang besar. Semua orang bisa masuk. Lulusan STM pun bisa masuk. Karena itu kami naik ke area high precision machining. Saingan kami akhirnya hanya perusahaan dari Japan. Karena peralatan kami cukup lengkap, kami berani bertanding di kecepatan pengiriman. Apalagi pada kondisi krisis kemarin. Perusahan tidak berani stock barang banyak-banyak. Maka kecepatan pengiriman menjadi sesuatu yang penting, sedangkan harga tidak jadi masalah. Karena itu walaupun omzet turun, profit kami naik” jawab mas Deni panjang lebar.
“Wah enak ya, omzet turun, profit masih tetap bisa naik. Aku mau dong?. Tetapi gimana ya cara ini jika diterapkan di perusahaanku?” kataku dalam hati.
Ini bisa menjadi pekerjaan rumah yang menarik, Omzet turun, profit tetap naik. Sungguh luar biasa. Semoga saya bisa mengambil pelajaran. Sehingga saya tidak risau dengan penurunan omzet. Bagaimana dengan anda?
Semoga bermanfaat
See you at the top
Omzet turun, profit naik, kok bisa ya?
Posted by Unknown at 06.56
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar