Ketika jatuh tertimpa tangga

Jum’at kemarin saya kedatangan tamu, yang akan membeli heater, dan ternyata tamu tersebut mengenal saya. Lalu terjadilah percakapan yang cukup panjang diluar maksud untuk membeli heater. Sayang pertemuan yang meskipun cukup lama, hampir satu jam masih kurang untuk membicarakan obrolan yang menurut saya sangat menarik. Karena harus mempersiapkan sholat jum’at terpaksa percakapan dihentikan.

Sebutlah namanya pak Agus. Beliau baru saja bangkit dari keterpurukan yang dalam. Beliau menyatakan, hamper 3 bulan hanya mendekam di kamar merenungi tepatnya meratapi nasib buruk yang menimpa dirinya.


Beliau mengatakan, rasanya Tuhan telah berbuat tidak adil kepadanya. Beliau telah mempunyai usaha yang cukup maju. Dalam kehidupan kesehariannya beliau termasuk orang yang taat beribadah. Sholat tahajut, sholat Dhuha dikerjakan dengan rajin. Apalagi sholat wajib yang mesti dilakukan 5 kali setiap hari. Nyaris sempurna tidak pernah tertinggal.

Didalam bersedekah juga demikian, beliau santuni anak-anak yatim, janda-janda tua dan lain sebagainya. Beliau juga tidak kalah baik dengan karyawannya. Bahkan ada 2 karyawan yang mempunyai andil yang cukup besar diberinya saham kosong 5%.

Namun apa yang terjadi, disaat perusahaan sedang menikmati kejayaannya, ada sedikit kekeliruan dipembukuan ada uang yang raib Rp. 150 juta. Menurut versi pak Agus, ini murni kekeliruan di pembukuan, namun karyawan yang diberinya saham 5% tersebut menuduh pak Agus telah menggelapkannya. Sehingga terjadilah malapetaka itu.

Entah bagaimana ceritanya, 2 orang karyawan yang diberi saham kosong 5% tersebut bersama-sama dengan penyandang dana yang lain bersekongkol menyingkirkan pak Agus. Awalnya pak Agus dijanjikan akan menerima bagiannya. Namun setelah ditandangai perjanjian pengunduran dirinya sebagai pemegang saham, pak Agus tidak mendapatkan bagiannya sama sekali. Dengan alasan asset perusahaan lebih kecil dari beban hutangnya.

Melihat kenyataan ini pak Agus tress berat. Sehingga beliau sampai menurung diri dikamar hingga 3 bulan. Dalam meratapi malapetaka yang menimpa drinya, dia seakan meggugat Tuhan. Ya Tuhan apa salahku. Bukankah aku telah berusaha memenuhi setiap yang Engkau suruh kepadaku. Tetapi apa yang aku dapat sekarang?.............

Akhirnya, dengan berlalunya waktu, pak Agus mulai sadar bahwa dirinya masih dibutuhkan oleh anak dan istrinya. Jika kesedihan ratapan ini terus dilakukan, tidak akan bias menyelesaikan masalah. Nasi sudah menjadi bubur. Takdir sudah diketuk. Meskipun saya menangis mengelurkan air mata darah sekalipun tidak akan bias mengubah malapetaka ini.

Pembaca yang budiman, begitulah jika Allah yang Maha kuasa berkehendak. Kita tidak bisa menolaknya. Tetapi percayalah Allah bukan jahil dan bertindak semena-mena kepada manusia. Namun sebaliknya Allah sangat sayang kepada hambanya. Bahkan kepada hamba yang melawannya saja Allah masih tetap menyanyangi mereka. Allah mengharapkan hambanya memasuki surge yang telah disediakannya. Kerana itu di selalu mengingatkan dan meluruskan hambanya agar tidak keluar dari jalan menuju surga.

Namun sayang, maksud Allah yang baik ini disalah artikan oleh manusia. Mereka mengira jika malapetaka terjadi padanya Allah telah murka padanya. Sebaliknya jika mereka mendapatkan limpahan karunia, rizki yang berlimpah karier atau jabatan yang terus naik, Allah sayang padanya. Bukan bukan itu ukuran Allah sayang atau murka kepada kita. Bukankah kita tahu, orang yang paling sukses adalah orang yang paling banyak menerima kegagalan dan kepahitan hidup di masa sebelumnya.
Bukankah para Nabi dan Rasul yang dicintai Allah itu orang yang banyak menerima ujian dan cobaan yang amat berat?

Jadi mari kita menata diri, menata hati, menata pemahaman bahwa jika Allah menghendaki kita jadi hamba yang dicintaiNya, Dia akan membersihkan jiwa, raga dan harta benda kita dari sesuatu yang tercela. Dan alat yang dipakai untuk membersihkan itu sangat menyakitkan buat kita. Bukankah intan yang gemerlap itu dikarenakan telah mengalami proses yang sangat menyakitkan dan menyedihkan.

Jadi jika Allah menguji kita, mari kita berusaha untuk menerimanya dengan senang hati, bersabar dan bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Saya yakin jika kita mampu bersikap demikian Malapetaka sebesar apapun yang menimpa kita tidak sampai membuat kita stress dan jatuh yang berkepanjangan.

Apalagi bagi seorang pengusaha tentu akan sering mendapatkan ujian, karena sepinya penjualan, kalah tender dan lain sebagainya. Sikapilah semua kejadian itu denga kesabaran dan tawakal kepada Allah. Tentu hidup kita akan tetap bahagian dan bersemangat walaupun jatuh tertimpa tangga. Karena hakikatnya kehidupan ini adalah permainan.. kepana kita mesti bersedih jika mengalami kalah pada sesi ini? Bukankah kita bisa bermain esok hari?

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan hidayah dan rahmatnya kepada kita semua. Sehingga kita bisa selamat dari segala ujian dan cobaan yang menimpa kita. Amin


Semoga bermanfaat.
See you in the top

1 comments:

Abdulloh Al Haziq mengatakan...

luar biasa pak..sangat memotivasi......

Posting Komentar