Selasa yang lalu saya ada pertemuan dengan customer baru, dikawasan Jl. Sudirman Jakarta. Customer tersebut mengenal perusahaan saya lewat website. Sebenarnya saya bisa menutup penjualan ke customer baru tersebut lewat telepon saja. Namun karena ada sesuatu yang kurang jelas, dan customer tidak bisa menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan saya, terpaksa saya berkunjung ke tempat customer tersebut.
Setelah bertemu, beliau mengajak ke tempat meeting yang tertutup. Padahal di dekat resepsionis ada tempat yang sangat layak dipakai tempat pertemuan. Dalam perjalanan menuju ruang meeting, saya sempat berpikir, wah mau diajak kemana nih. Jangan-jangan nanti ada sesuatu yang penting, dimana orang lain tidak boleh tahu.
Setelah saya dipersilahkan duduk, lalu kami membicarakan masalah order yang akan dipesan. Setelah masalah pekerjaan selesai, lalu saya bertanya tentang, persusahaannya, karier dan familinya. Di sela-sela pembicaraan tersebut saya selipkan, tetang merk Habaist yang kami miliki. Habaist itu adalah kepanjangan dari Halal, baik dan istiqomah. Jadi perusahaan kami berusaha agar order yang diperoleh dilakukan dengan cara yang baik dan halal. Maksud saya mengatakan ini adalah, agar dia tidak meminta uang komisi. Karena saya melihat ada indikasi kearah sana.
Kemudian saya jelaskan pula, kenapa kami mengutamakan kehalalan. Uang yang diperoleh dengan cara yang halal, akan menjadi berkah, yang artinya berdayaguna tinggi. Jadi uang atau harta yang berkah itu, walaupun sedikit namun kelihatan banyak. Sedangkan harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, walaupun fisiknya banyak namun nampak sedikit.
Sebagai orang yang beriman tentu kita percaya, bahwa jiwa dan hati kita berada dalam genggaman Allah SWT. Orang yang mendapatkan hartanya dengan cara yang halal, maka Allah akan menuntun orang tersebut menuju kedamaian ( surga ). Sehingga orang tersebut ditutup segala keinginannya. Gaji 2 juta perbulan, terasa banyak. Bahkan masih bisa menabung 500.000,- perbulan. Bagaimana ini bisa terjadi? Anak dan istrinya tidak neko-neko. Mereka dibelikan baju di kaki lima saja senangnya bukan main. Makan pakai sayur kangkung dan ikan asin saja rasanya nikmat sekali. Rumah tipe 21 yang ditempatinya tersa luas. Ketika naik Motor butut yang dimilikinya, seakan naik mobil mewah saja. Ketika anaknya sakit, cukup dengan obat umum atau obat puskesmas saja sudah sembuh. Hatinya penuh dengan rasa sukur, yang disebabkan oleh tertutupnya keinginan hidup yang konsumtip dan ingin di wahkan (nampak kaya) orang.
Namun apa yang terjadi dengan penghasilan 20 juta perbulan, tetapi diperoleh dengan cara yang tidak halal. Harta yang haram akan menunutun pemiliknya suasana hati yang panas (neraka). Karena itu suasana hati dan keluarganya panas. Ditambah lagi Allah membuka keinginan anak dan istrinya. Ketika makan selalu ingin yang mahal. Ketika membeli pakaian mereka selalu mencari yang bermerk. Rumah yang ditinggali terasa selalu kurang besar. Mobil yang dimiliki terasa kurang nyaman sehingga perlu diganti. Ketika anaknya sakit panas saja, hatinya sudah panik dan berobat di rumah sakit yang bertaraf internasional, karena malu dengan tetangga jika dirumah sakit biasa, apalagi puskesmas. Sehinnga penghasilan 20 juta perbulan, tidak ada nilainya apa-apa. Karena kebutuhannya 40 juta. Sehingga hidupnya gersang dan tidak bahagia.
Seorang ayah jika ditanya untuk apa mereka kerja keras membanting tulang dan bahkan tidak menghiraukan norma agama? Tentu mereka menjawab untuk kebahagiaan istri dan anaknya. Benarkah itu semua dilakukan demi istri dan anak-anaknya? Atau bukanya hanya untuk kesombongan diri saja?. Tidak sadarkah mereka bahwa memberi harta haram itu sama dengan memberi bara api kepada keluarganya? Barangkali mereka menyangka, istri dan anaknya akan merasa senang dan bangga ketika suatu saat mereka meninggal.
Tetapi ternyata prasangka mereka salah. Nanti didepan pengadilan yang Maha adil, mereka akan dituntut oleh istri dan anak-anaknya. Karena telah memberi harta yang tidak halal, sehingga anak dan istrinya masuk ke neraka. Suami atau bapak seperti ini tentu akan menyesal sekali, ternyata jerih payah yang telah dilakukan sehingga sampai berani melanggar norma, ternyata berbuah makian dan tuntutan dari istri dan anak-anaknya sendiri.
Namun ternyata apa yang saya sampaikan itu tidak dicermati. Sehingga dia tetap mengatakan, seperti apa yang saya duga sebelumnya, meminta komisi.
” Sebenarnya kami sudah mempunyai langganan, tetapi saya berharap harga bapak bisa lebih murah dari langganan kami. Dan nanti selisihnya untuk saya”.
“ Pak saya minta maaf, seperti apa yang tadi saya katakan bahwa perusahaan kami tidak mengijinkan salesnya memberi komisi kepada customer” jawabku dengan pelan-pelan supaya tidak menyinggung perasaanya.
“Tetapi apa yang salah dengan apa yang saya lakukan”
“ Seakan-akan apa yang bapak lakukan ini tidak salah. Tetapi bukankah bapak sebagai purchasing bertugas mencari barang dengan kualitas terbaik dan harga yang termurah?. Jika anda pemilik perusahaan ini apakah anda bisa menerima perbuatan purchasing yang demikian?’.
“Jika bapak ingin kaya, saya sarankan,cobalah untuk berwira usaha. Bukankah Nabi kita mengatakan” seorang pedagang mempunyai 9 dari sepuluh pintu rizki yang ada. Sedang seorang karyawan hanya mempunyai 1 pintu rizki saja. Saya telah membuktikannya sendiri pak, penghasilan kerja selama 13 tahun, jika dikumpulkan hasilnya sudah tertutup dengan usaha selama 3 tahun saja.”
Lama sekali kami berbicang-bincang. Saya sangat bersyukur beliau tidak tersinggung dengan ucapan saya. Sayapun tidak merasa takut dan khawatir jika nanti tidak jadi turun order, karena kami tidak memberi komisi.
Sudah lebih 2 hari order belum turun, namun Allah sudah memberikan ganti dengan order lain 2,5 kali lebih besar. Saya percaya yang memberi order adalah Allah, bukan customer. Maka semuanya kita serahkan kepadaNya. Kenapa bersedih hati, atau takut berbuat untuk kebenaran.
Ya Allah, tuntun dan bimbinglah kami menuju jalanmu, hingga sampai aku menghadapMu.
Semoga bermanfaat.
See you in the top
Beranikah anda, menolak permintaan komisi dari pelanggan?
Posted by Unknown at 08.14
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 comments:
betul pak, segala cara harus dihindari hal-hal bersifat Risywah tsb.
Berari gak ada alasan to pak untuk menjadi sales.
Terima kasih ulasannya pak. Sebagai Karyawan saya sangat sulit menghindari kondisi seperti ini.
Pernah saya menolak, tapi malah atasan mengijinkan.
Semoga rencana untuk menjadi TDA bisa terwujud dalam waktu dekat.
Salam kenal.
amin. hidup adalah pilihan pak. seperti anda pilih bangun pagi atau siang. anda pilih solat subuh di masjid atau dirumah dll. namun ingat semua itu ada konsekwensinya.
Posting Komentar